Selasa, 20 Desember 2016

Pelitku Untuk Baikmu


Saya pelit like? Iya. Jujur, saya jarang sekali untuk like postingan orang. Terlebih-lebih yang menurut saya itu aneh dan tak memberikan manfaat. Untuk foto perempuan yang selfie/berekspresi aneh, tak ada niat untuk like. Kenapa? Pertama, saya gamau mereka ngira bahwa saya mendukung tindakan dia untuk menampilkan kecantikannya. Tidak, saya berpikir bahwa wanita harus menyembunyikan keindahannya hanya untuk suaminya. (Saya pun masih berdoa dan berusaha untuk diri saya dan teman2 untuk istiqomah tidak posting foto pribadi). Itung2 membantu para ikhwan menundukan pandangannya.
.
Kedua, jika saya like, saya akan membantu menyebarkan foto kalian secara tidak langsung, karena apabila kalian lihat di menu explore, di sana akan tampil postingan-postingan based on people you follow or based on likes. Di notif pribadi pun akan terlihat saya like foto siapa aja, dari situ follower saya bisa open your instagram, and then they can see your photos.
.
Saya pernah mendengar langsung seorang laki-laki tepat di samping saya berbicara dengan temannya tentang wanita di sebrang jalan yang menggunakan baju ketat, dia bayangkan dan deskripsikan tubuhnya. Astaghfirullah... Masihkah kita berpikir bahwa hijab merupakan pembatas kebebasan? Hijab syar'i justru melindungi kita.
.
Ini tentang kebiasaan. Kalau kita terbiasa upload foto, maka terus-terusan. Cobalah menahan, ganti fotonya dengan yang lebih bermanfaat. Lama kelamaan, ketika kita mau posting foto kita, maka akan merasa aneh, ngerasa malu, takut diliat orang.
.
Dengan hijab, biasakan diri kita olehnya. Biasakan saja dulu. Lama kelamaan, diri kita akan menyesuaikan, bila sudah terbiasa, maka kita akan merasakan betapa takutnya apabila aurat terlihat oleh yang bukan mahram.
.
Ku telah rasakan teriknya matahari membakar kulitku, dan ku rasakan dingin yang menusuk, percayalah, hijab akan melindungi dari semua itu, bahkan kamu akan merasa aman meski tak ada seorangpun bersamamu. Itulah penjagaan dari Allah.
.
Mari menjadi lebih baik, betapa aku mencintai mu wahai saudari-saudariku. Tulisan ini bukan tanda aku lebih baik darimu, karena Islam bukan tentang itu, tapi maukah kamu ku tunjukkan jalan dan sesuatu yang kan membuatmu lebih baik? Maka ikutilah Islam secara kaffah (menyeluruh).
.
Dariku yang ingin ke surga bersamamu.
@dwihandafirdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Minggu, 13 November 2016

Suriah: Duka Sedalam Cinta



"Ini negeriku, ini rumahku, di sinilah aku tinggal, jadi aku tak kan pergi."

Itulah jawaban dari seorang temanku yang berada di suriah sana, sebuah bumi yang di rahmati Allah.

Sebelumnya aku bertanya kepada dia "Mengapa kamu tidak mengungsi ke Turki seperti yang lainnya? Di sana in syaa Allah hidupmu akan lebih aman dan mudah."

Tapi bisa kau lihat sendiri apa jawaban yang dia utarakan. Apa yang menyebabkan orang bertahan meski dia rasakan sakit, terluka, bahkan harus pertaruhkan nyawa? Aku rasa jawabannya hanya satu: cinta.

Cintanya begitu besar kepada agama Allah, kepada tanah kelahirannya, tak pernah rela untuk serahkan kepada musuh, apalagi menyerah! tak akan!

Ku pertegas lagi pertanyaanku kepadanya: "Meski kau harus kembali berperang, pertaruhkan nyawamu di sini, kau kan tetap bertahan?" Lalu tanpa basa basi ia menjawab: "Ya! Aku akan tetap di sini."

Betapa malu dan luluh hatiku mendengar jawaban darinya, begitu dalam luka yang ia rasakan, kehilangan segalanya, tapi tak mengurangi sedikitpun cinta nya untuk tetap berada di sini, perjuangkan dan menegakkan sesuatu yang ia yakini kan menang! Islam kan berjaya!

Kau tahu? Bagaimana iri nya aku denganmu? Allah berikanmu kesempatan secara langsung untuk membela agama-Nya, cara yang tak sebanding dengan apa yang pernah aku lakukan, aku: tak ada apa-apanya.

Kau ajarkan aku tentang cinta yang sesungguhnya, yang selama ini ku pahami hanya teori belaka, sungguh aku merasa cinta yang ku ucapkan untuk agama ini seperti hanya janji tanpa bukti, pemahaman tanpa tindakan.

Allah punya maksud atas setiap kejadian, termasuk memilihmu berada di sana, dan aku berada di sini. Tentang lemahnya imanku, kemungkaran yang baru bisa ku cegah dengan doa, itu pun tak seberapa.

Wahai kamu saudara seimanku, terimakasih untuk menjadi sahabat sekaligus pelajaran berharga. Semoga kami bisa menjadi muslim yang lebih baik, yang punya cinta nyata, membela apa yang seharusnya dibela, meski nyawa taruhannya, jihad di jalan-Nya, hingga kelak Allah hadiahkan surga.

Jakarta, 12 November 2016
@dwihandafirdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Jumat, 11 November 2016

Teman: Mau yang ori apa KW?

Suatu hari saya bertemu seorang yang bercerita tentang kesedihannya dalam memiliki teman, ia bercerita mengapa temannya dalam kebaikan sangatlah sedikit, dan susah dapat teman yang mau bersama atau diajak dalam kebaikan. Bisa dibilang berbeda dengan seorang yang bergelut dalam keburukan, temannya banyak, tanpa dicari atau diajak, teman datang dengan sendirinya.

Ah, ternyata aku pun merasakan apa yang ia rasakan. Sedikit teman di jalan kebaikan, dianggap tak asik, kuno, tidak gaul, dijauhi karena merasa merasa kita tidak satu tujuan dengan mereka: menikmati masa muda dengan 'cara yang telah dianggap wajar'.

Tapi aku tak ingin menambah kesedihan temanku, aku takut jika ia berputus asa maka akan mencoba melebur dengan -mereka yang punya banyak teman-, maka semua kesedihan dalam berteman ku simpan rapat-rapat, hanya hatiku yang bicara, tidak mulutku, semoga dia tidak mendengarnya.

Masalah yang dihadapi kami sama, tapi pada situasi ini kami berada pada posisi berbeda, aku sebagai tempat aduan, dan dia sebagai pengadu. Mau tak mau aku harus menenangkan dia dengan memberikan sedikit 'obat penghibur' yang dulu pernah aku gunakan saat mengalami hal yang sama, meski hingga kini kesedihan itu masih sedikit membekas.

Maka ku coba mengajaknya berpikir dengan contoh sederhana, agar nasihat yang ku coba bungkus dengan analogi ini bisa dipahami olehnya, tanpa merasa sedang digurui.

Aku: "Kamu pernah dengar istilah ori dan KW gak kalo mau beli barang? Kalau pernah, apa bedanya?"

Temanku: "Pernah, ori itu yang asli gitukan, kalau KW yang palsunya. Hmm biasanya yang ori itu lebih mahal, kalo KW lebih murah. Barang KW lebih banyak yang beli juga daripada yang ori."

Aku: "Nah betul. Yang ori itu kualitasnya nomor satu, yang KW kualitasnya kesekian. Lalu menurut kamu apa yang bikin barang KW itu lebih banyak pembelinya daripada yang ori? Selain dari segi harganya..."

Temanku: "Hmm apa ya, mungkin karena kalo yang ori jarang ada gitu, kan biasanya adanya di toko resminya daerah swalayan gitu, kalo yang KW di pasar juga ada."

Aku: "Kamu pernah beli barang KW? Aku pernah dulu beli sepatu KW, baru dua minggu pakai udah rusak. Akhirnya gak bisa dipakai lagi deh..."

Temanku: "Iya pernah. Yang KW cepet rusaknya, gak awet kayak yang ori..."

Aku: "Nah, yang ori itu ibarat teman-teman dalam kebaikanmu sekarang, memang mendapatkan orang seperti mereka itu sulit. Kebaikan yang kamu jalani memang sedikit peminatnya, tapi In syaa Allah, kalian akan tetap bersama meski raga sudah tak lagi menapaki bumi, persahabatan dalam taqwa akan kekal hingga ke Surga.

Temanku: " *diam dengan air mata yang siap tumpah ke pipinya* "

Aku: "Jadi kamu jangan heran kalau mereka yang berada di dalam keburukan lebih banyak temannya, selama yang mereka kerjakan diluar ketaqwaan kepada Allah, mereka bersama hanya sebatas di dunia, bahkan di perjalanan dunia banyak yang sudah terpisah, saling bermusuhan..."

Temanku: " *memelukku dengan erat sambil menangis* "

Aku: "Jadi jangan bersedih lagi ya... Semangat di jalan Allah!"

Temanku: " *menatapku dan mengucapkan terimakasih dengan senyum simpul di wajahnya* "

Aku: "Istiqomahkan kami di jalanmu Ya Allah.. *berbicara dalam hati sambil melempar senyum kepadanya* "

posted from Bloggeroid

Share:

Selasa, 08 November 2016

Surat Cinta untuk Sahabat

Saat kau jalin persahabatan, di saat itu pula kau telah memutuskan untuk memahami segala perbedaan, menerima segala kekurangan, bersyukur untuk segala kelebihan, berlapang dada untuk setiap kesalahan, menolong untuk setiap kesusahan, berbagi untuk setiap kebahagiaan, bersabar untuk setiap amarah, mengubur segala ego dalam-dalam.

Saat kau jalin persahabatan, yang kau inginkan hanya berbagi kebahagiaan, meski sedih seringkali kau rasakan, semua itu tak ingin kau tampakkan.

Saat kau jalin persahabatan, di saat itu pula kau berusaha agar hal baik yang kau miliki juga dimiliki oleh sahabatmu.

Saat kau jalin persahabatan, di saat itu pula kau berusaha sekuat tenaga mengusir sifat-sifat burukmu, agar sahabatmu tidak tersakiti.

Saat kau jalin persahabatan, maka kau akan saling mengingatkan dalam kebaikan.

Terus seperti itu, hingga kau dan aku dapat terus bersama meski raga tak lagi menapaki dunia.

posted from Bloggeroid

Share:

Senin, 07 November 2016

Resume Kajian Masuk Surga Sekeluarga bersama Ust. Bachtiar Nasir

Penyebab perceraian yang utama itu bukan karena talaq, tapi khuluq. Khuluq adalah keinginan perempuan/istri yang minta dilepas karena laki-laki/suami gagal menjadi suami dan ayah.

Kesalahan terbesar suami:
1. Egois
2. Pelit

Kesalahan istri menurut suami:
1. Boros
2. Cerewet

"Buat para istri, kalo mau belanja makanya sambil dzikir, jadi gak khilaf apaan aja dibeli, jadi tau apa yang sebenernya diperlukan."

"Perempuan itu gak cerewet, tapi dia memiliki kemampuan verbal yang lebih tinggi dari laki-laki, jika laki-laki bicara 7000 kata, maka perempuan 3x lipatnya."

Tiga hal yang dibutuhkan istri:
1. Disayang
2. Diperhatikan
3. Uang

"Kalau kita masing-masing berusaha menjadi shalih, maka tidak akan ada percekcokan."

"Suami boleh menasehati, tapi tidak boleh memukul."

Apa yang harus dilakukan saat istri marah?
1. Diam (jangan dibantah/dipotong omongannya, biarkan istri menyampaikan apa yang ada di perasaannya) kalo masih marah juga:
2. Minta maaf, kalo masih marah juga:
3. Mengakui kalau kita khilaf (dengan sungguh-sungguh)

Perlakukan istri seperti cara Rasulullah:
1. Dipuji.
2. Panggil dengan panggilan yang baik.

Kamu harus jadikan rumahmu sebagai:
1. Rumah Ilmu.
2. Rumah Ibadah.
3. Rumah Ketenangan.
4. Rumah Perlindungan Sosial.

Didik anakmu menjadi anak yang:
1. Kuat Akidahnya.
2. Kuat Ibadahnya.
3. Kuat Syariahnya.
4. Kuat Ilmunya.
5. Kuat Badannya.

Sesi Tanya Jawab:

❓Pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan seorang anak ketika orangtuanya bertengkar?
💬 Jawaban:
1. Jangan memilihak karena kita tidak pernah tahu masalah yang sebenarnya.
2. Minta kekuatan kepada Allah, doakan orangtua dan mohonkan ampun untuk mereka.
3. Cari orang yang bijaksana dari pihak ayah dan ibu untuk menjadi penengah.
4. Jangan masuk ke masalah orangtua.

❓Pertanyaan:
Bagaimana caranya agar anggota keluarga rajin sholat?
💬Jawaban:
1. Didoakan agar Allah bukakan pintu hati mereka untuk sholat.
2. Diberi contoh (dulu ibu saya selalu bangunin saya kalo mau sholat subuh, dan ibu saya selalu dalam keadaan sudah memakai mukena, sudah selesai shalat malam dan tilawah juga).

❓Pertanyaan:
Bagaimana caranya untuk tahu dia adalah jodoh kita?
💬Jawaban:
1. Hati merasa mantap.
2. Tanya ke orangtua.
3. Sholat istikharah.

❓Pertanyaan:
Bagaimana mendidik anak agar berani?
💬Jawaban:
1. Mengenalkan Identitas kelamin.
2. Berikan tempat bermain yang baik.
3. Terapkan surat Luqman ayat 12-19.
4. Jangan sampai anak tersebut syirik.
5. Ajarkan Birrul Walidain.
6. Ajarkan Muraqabatullah.
7. Sholat.
8. Beramar ma'ruf, nahi munkar.
9. Bersabar
10. Tanamkan akhlak komunikasi, akhlak ekspresi, akhlak gerak tubuh.
11. Tanamkan mental jihad.

Wallahu 'alam.
Mohon maaf apabila ada kekurangan.
@dwihandafirdaus
posted from Bloggeroid
Share:

Sabtu, 05 November 2016

Jika kamu adalah dia



Ini adalah sepenggal kisah seorang temanku, di mana ia besar tanpa seorang ibu. Ibunya meninggal lebih dulu tanpa ia pernah tahu bagaimana rupanya, bagaimana suaranya, ia tak mendapatkan apa yang anak-anak lain dapatkan: perhatian.

Apa rasanya hidup tanpa seorang ibu? Aku tak bisa menjawab, karena aku belum pernah merasakannya. Mungkin temanku ini yang tahu bagaimana rasanya, dari ceritanya aku tahu sedikit apa yang ia rasakan, meski tak kan bisa rasakan sepenuhnya, tentang kesepian dan rindu yang mendalam.

Tak terbayangkan bagaimana lelahnya seorang ayah, yang mau tak mau harus melipatkandakan tugasnya: mengurus anak dan mencari nafkah. Betapa tangguh seorang ayah yang bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus, sesuatu yang ia jalani demi dua orang yang dicintainya: anak dan istrinya yang telah tiada.

Kini ia telah dewasa, tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu yang berada di dalam raga ayahnya. Fisiknya kuat seperti ayahnya yang seorang tentara, hati dan tutur katanya lembut, layaknya seorang ibu yang penuh perhatian.

Meski tanpa seorang ibu, sang ayah selalu menanamkan nilai-nilai yang baik di dalam dirinya, dan aku bisa melihat itu. Hanya saja, ia tak dapat memungkiri bahwa ayah tetaplah ayah, tak kan pernah menjadi seorang ibu.

Aku tak sanggup melanjutkan cerita ini, begitu haru, entah bagaimana rasanya seandainya aku yang mengalaminya. Satu hal, aku bersyukur kepada Allah atas seorang ibu yang masih bisa aku lihat hingga kini. Meski Allah lebih mencintai ayahku untuk berada di sisi-Nya terlebih dahulu.

Dari kisah ini aku ingin mengajak kalian untuk bersyukur tentang nikmat Allah berupa umur panjang untuk orangtua kita. Orangtua yang mungkin seringkali kita lupakan, dan lebih memilih bersama teman-teman atau gadget kita.

Apakah benar, kita akan mengerti arti seseorang ketika kita sudah kehilangan? Semoga aku dan kamu bukan termasuk orang-orang yang menyesal dikemudian hari karena kehilangan kesempatan membuka satu pintu surga.

Jakarta, 05 November 2016
@dwihandafirdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Kamis, 03 November 2016

Kumpulan Quotes Menginspirasi dari @dwihandafirdaus (Bagian I)

"Setiap orang pasti punya sisi gelap. Tapi setiap orang juga punya pilihan, untuk memudarkannya hingga menjadi putih, atau membiarkannya semakin pekat."
"Saat mendapat kritik membangun, selayaknya seorang manusia bisa melihat itu sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi, maju, bukan sebaliknya. Jika hewan tak berakal seperti kuda saja jika dipecut akan bergerak ke depan, bukankah seorang manusia bisa jauh melebihinya?"
Kalau cintamu masih menuntut untuk:
1. Dimengerti
2. Diperhatikan
3. Dapat ucapan terima kasih
Aku rasa itu bukan cinta, tapi kau hanya ingin tampak sempurna di matanya. Ataukah cintamu itu hanya pencitraan?
"Banyak yang terjebak dalam kekufuran disebabkan karena ia lebih sering berucap ‘Seandainya…’ daripada ’Alhamdulillah…'"
"Masa iya, kita yang punya hidup tapi kita terpengaruh sama orang, ngikutin tanpa arah yang jelas, gak punya pendirian. Mending kalo yang positif, lah ini yang negatif. Duh kasian…kan Indonesia udah merdeka, kok kamu masih terjajah?"
"Ketika mimpimu belum tercapai, yakinlah Allah hanya menundanya sebentar, atau mewujudkan mimpi itu perlahan, agar kamu bisa menikmati apa yang sedang kamu perjuangkan."
 "Jika malas yang menjadi alasan kamu untuk tidak melakukan kebaikan, maka bisakah kau bayangkan betapa banyak pahala yang harusnya kau dapatkan tapi telah menjadi milik orang lain."
"Selama mata kamu masih bisa terbuka di pagi hari, masih bisa bernafas, masih bisa rasakan hangatnya sang mentari, di saat itu pula kamu masih punya kesempatan untuk perbaiki diri."
"Salah satu tanda kalau kita hidup adalah tumbuh dan berkembang. Kalau selama ini kita masih gitu-gitu aja, gak ada perubahan ke arah yang lebih baik, berarti secara gak langsung kita udah mati."
 "Kalau beribu manusia yang udah mati pengen hidup kembali, lantas mengapa kita menyia-yiakan hari ini?"
"Sedikit cahaya tetap kan jadi penerang. Tak peduli seberapa pekat kegelapan itu."
"Di saat doamu belum terkabul, maka jangan tanya ke Allah dulu. Tapi tanya ke hatimu, mungkin masih ada keraguan terhadap-Nya."
"Kau punya tangan untuk menutup telingamu, dan kau punya kaki untuk melangkah pergi dari hal-hal yang melemahkan."
"Ini hidup bukan media sosial, gak semua orang bakal kasih like, gak bisa maksa orang buat nge follow, tapi jangan sampe kita unlike back terus ngeblock, tetep share positive things dan jangan lupa emot smile."
"Genggamlah orang-orang yang selalu berada di belakangmu untuk menopang ketika kau rapuh, menjadi sandaran ketika air matamu mulai jatuh, dan mendorong dirimu ketika kamu mulai mundur dari mimpi yang seakan menjauh."
"Terkadang, penyebab sedikitnya temanmu adalah: karena kamu terlalu cepat menilai mereka buruk hanya karena satu dua hal, tapi sesungguhnya kamu belum memahami mereka sepenuhnya. Setiap orang mempunyai sisi lain, dan berusahalah untuk menemukan itu."
"Melalui doa, semua harapanmu akan menembus ruang dan waktu yang mungkin saat ini kau terpisah karena-Nya."
"Bersabarlah wahai cinta, karena tak ada hal paling indah dari doa yang terpanjat sama dan bertemu menjadi nyata."
"Menyedihkan adalah saat suara kita bagus dalam bernyanyi, tapi gak bagus dalam mengaji."
"Terkadang, kau perlu menyendiri untuk melihat siapa saja yang membuktikan bahwa mereka benar-benar pantas disebut sebagai teman."
"Suatu hari nanti kau akan benar-benar sendiri. Tak ada sandaran ataupun pelukan. Hanya ada kamu dan amal ibadahmu."
"U only can dreamin in ur sleep, when u r wake up, get it with du'a and effort. Come on! This is the real world!"
"Kamu tidak bisa menarik ucapanmu kembali, terlebih jika itu telah menggores luka pada sebuah hati."
"Bersyukur untuk bahagia, berbagi biar lebih bahagia."
"Ujian adalah…tanda cinta-Nya untukmu."
"Banyak orang yang mampu melakukan suatu kebaikan, tapi tidak semua diantara mereka mau melakukannya. Tapi banyak diantara mereka yang tidak mampu melakukan kebaikan, tapi karena mereka mau, maka Allah menjadikan mereka mampu."
"Masa muda adalah masa terbaik dari seluruh umur yang ada, masa terkuat dan masa paling bersemangat untuk menggali dan menggunakan potensi diri, berekspresi positif serta membangun motivasi hidup."
"Ketika mata tak mampu untuk melihat, telinga tak mampu untuk mendengar, dan mulut tak kuasa untuk berbicara, maka kupilih doa sebagai jalan untuk menyapa."
Share:

Rabu, 26 Oktober 2016

Hati Buka Suara

Sekian lama aku tak acuh
Pada sebuah kata bernama cinta
Jangankan untuk larut di dalamnya
Mendekatpun rasanya sangat takut

Bukan takut mencintai
Atau enggan dicintai
Tapi ku tahu
Jika mengikuti perasaan hati
Berkuranglah cinta untuk Ilahi

Hingga pada suatu ketika
Ada bahagia saat melihatnya
Ada sedih ketika ku tahu takdir
Belum sepakat mempertemukan kita

Peduli yang selalu ku tutupi dengan kata masa bodoh
Takut yang hanya berujung pada airmata
dan harapan yang kian tumbuh meski berdebat dengan kenyataan

Aku jatuh pada satu cinta
Yang tak pernah aku sangka
Bahkan tak ada dalam daftar doa
Ia hadir begitu saja

Hingga tiba suatu masa
Entah bukan aku yang menjadi pintanya
Atau sang ratu yang enggan merusak tahtanya
Hingga semua harus terlihat sempurna

Ratu berkata pada pangeran
Bahwa kau harus bersama seorang putri
Tidak boleh dengan pribumi
Apalagi hamba sahaya

Ketika malam memeluk harapannya
Ketika bintang yang selalu ia ratapi dari jendela
Ketika hujan jadi tempat menangis
Ketika sajadah menjadi saksi bahwa ada gadis yang menghamba diri

Sungguh tak enak memendam rasa
Bilang pun bukan saatnya
Meminta bersama belum selayaknya
Melihat diri yang masih penuh hina

Tak ingin berkeras hati
Memaksa Allah menjadikanmu pelengkap diri
Ku berharap, Allah kan beri pengganti
Atau tetap kamu, di saat yang tepat nanti

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 19 Oktober 2016

Air yang Dirindukan



"Kalo mandi biasanya kamu butuh waktu berapa menit? Kira-kira berapa banyak air yang udah kamu pake? Masih suka ga peduli kalo liat air yang keluberan dan terbuang gitu aja?"

Itulah pertanyaan yang seketika saya ajukan kepada diri saya saat melihat video saudara kita di daerah Sumba Timur. Entah betapa terlalu sibuknya diri ini dengan berbagai urusan hingga masih ada saja yang luput dari pandangan.

Ya! Mereka, saudara kita yang seakan terlupakan. Yang kehidupannya sangat berbanding terbalik dengan kehidupan kita sebagai penghuni Ibu Kota sebuah negara kepulauan terbesar di dunia.

Coba letakkan lah sejenak segala urusan pribadi kita, coba tengok mereka yang di sana. Tak akan lama, sebentar saja. Untuk pastikan bahwa hati kita masih hidup, karena banyak di antara kita, raganya hidup, tapi hatinya mati. Jangankan untuk menolong, untuk mengetahui pun tak sudi.

Tahukah kamu? Bahwa di daerah sumba timur, 70% daerahnya adalah karang. Keadaan itu yang membuat mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Letak sumber air sangatlah jauh.

Dua Puluh Kilometer! Ya! Jarak yang sebanding dari Stasiun Manggarai (Jakarta Selatan) ke Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta Timur). Itulah yang harus mereka tempuh hanya untuk mendapatkan air. Itu pun tak seberapa, hanya satu atau dua ember saja.

Kalo di Jakarta mah enak, jalanannya aspal semua, 30 menit juga sampai, bisa naik motor, mobil, angkot, dll. Lah kalo di sana? Bebatuan, hutan, licin. Gak bisa pakai kendaraan, harus jalan kaki, paling bagus cuma bisa naik kuda, itu pun gak semua orang di sana punya kuda.

Butuh waktu berjam-jam untuk menempuh perjalanan mendapatkan air itu. Pergi pagi, pulang siang, pergi siang, pulang sore. Begitu seterusnya. Tak jarang anak-anak pun membantu orangtuanya untuk mengambil air, dengan harapan bisa mendapatkan air lebih banyak untuk kebutuhan mereka.

Apakah kamu juga tahu? Seringkali mereka tidak berangkat ke sekolah, karena mengambil air butuh waktu yang lama. Hingga jika mereka berangkat di waktu pagi, mereka kembali ketika jam sekolah telah usai. Alhasil, sangat sangat sangat terlambat untuk sekolah.

Sudahkah hatimu tergerak? Bisa bayangkan bagaimana menjadi mereka? Haha...pasti sulit merasakan seperti itu, kita air tinggal muter, gak perlu susah-susah. Paling susah nimba sumur, itu pun paling jauh di depan halaman rumah, dan udah jarang banget yang pake sumur di zaman sekarang.

Inilah sedikit ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Negara kita tercinta. Di mana di pusat kota segalanya serba ada, serba mudah. Sementara di daerah yang lain, bak gelap gulita, kekurangan apa-apa. Bahkan untuk sesuatu yang wajib ada bagi penduduk Ibukota, ternyata masih ada saja orang yang sulit untuk mendapatkannya.

Sebuah tugas penting untuk pemerintah meratakan pembangunan di negara ini. Agar semua bisa mendapatkan hak mereka. Merasakan yang sama. Infrastruktur yang baik pasti sedikit banyak menjadikan kehidupan masyarakatnya lebih layak dan lebih baik.

Tidak hanya mengandalkan pemerintah saja, tapi kita pun harus turun tangan untuk ambil peran. Ini bukan tentang tugas siapa. Tapi tentang kepedulian. Karena kita manusia, punya hati, dan hati yang hidup tak kan berhenti untuk peduli.

Jkt, 19-10-2016
@dwihandafirdaus dalam #supermentor16

posted from Bloggeroid

Share:

Selasa, 18 Oktober 2016

Pendidikan, Pemutus Rantai Kemiskinan



"Ngemis emang halal, tapi gak berkah, karena kita ga pernah tau orang yang ngasih itu ikhlas apa nggak, jadi saya lebih baik mulung."
.
Itulah sepenggal perkataan dari ibu sumi (nama aslinya saya lupa) beliau adalah seorang pemulung, begitu pun dengan suaminya yang mempunyai pekerjaan yang sama.
.
Usianya tak muda lagi, sekitar 50-60 tahun. Setiap hari beliau dan suaminya berkeliling mencari barang-barang bekas untuk dijual. Dengan kondisi fisik yang sudah renta, ibu sumi tetap semangat mencari uang, meski yang beliau dapatkan tak sebanding dengan keringat dan rasa lelah yang dirasa. Ya! Setiap hari ibu sumi hanya mendapatkan uang 20.000 rupiah dari hasil penjualan barang bekas, itu pun jika kondisi cuaca yang baik, jika hujan, ibu sumi hanya dapat 15.000 ribu saja.
.
Bu sumi bercerita sewaktu beliau baru mempunyai seorang anak, ketika baru lahir, anaknya dibesarkan di bawah jembatan. Karena beliau tidak punya rumah. Waktu pun bergulir, anaknya mulai dewasa, bu sumi memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah yang kecil, cukup untuk tiga orang. Beliau berkata: "Saya tak ingin anak saya malu, tinggal di kolong jembatan, saya tak mau anak saya diejek oleh teman-temannya."
.
Ketika anaknya masih kecil, beliau harus bergantian menjaga anak, beliau bilang: "Kalau saya yang jalan mulung, suami saya yang ngemong anak, kalo suami saya yang jalan mulung, gantian saya yang ngemong."
.
Ternyata pekerjaan mulung sungguh melelahkan, suami ibu sumi mulai sakit karena kelelahan, terutama pada bagian kaki, sering sekali terasa sakit. Sekian lama suami ibu sumi sakit, pada akhirnya meninggal dunia, dan kini, ibu sumi membesarkan anaknya seorang diri.
.
Bu sumi yang tangguh membesarkan anaknya dengan tangannya sendiri, memberikan tempat tinggal, menyekolahkan, memberi makan, hingga anaknya kini berusia sekitar 15 tahun.
.
Meski seorang pemulung, ibu sumi sekuat tenaga menjadikan anaknya agar tidak seperti dirinya, agar anaknya punya masa depan yang lebih baik. Bu sumi berkata: "Meski mulung itu halal, tapi tetap saja itu pekerjaan jelek. Saya gak mau anak saya jadi pemulung juga seperti saya."
.
"Anak itu amanah, titipan Allah, harus kita jaga, kita kasih pendidikan." sambung bu sumi
.
Benarlah apa yang dilakukan bu sumi, karena salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan adalah melalui pendidikan. Banyak orang miskin dikarenakan mereka menerima nasib. Coba saja jika kita berusaha, sebagai orangtua, berusaha agar anak kita tidak seperti kita, dan bagi anak, tak boleh putus asa meski memiliki banyak keterbatasan. Yakinlah bahwa pendidikan dapat merubah nasib kita! Semangat!
.
Jkt, 18-1-2016
-dhfrds-

posted from Bloggeroid

Share:

Senin, 17 Oktober 2016

Kritik adalah Motivasi yang Tersembunyi

"Masa iya sih gue kaya gitu? Perasaan nggak deh. Yang gue lakuin cuma gini aja kok, masa disangka kayak gitu, masa dikritik gitu sih. Ngga ah kayaknya." ucapku di depan cermin seusai mendapat kritik dari teman organisasiku.

"Dahulu, aku pun gak terima dikritik, ngerasa gak kayak gitu kok." sekali lagi, itu menurut ku.

Menelisik jauh lebih dalam, memikirkan, mengingat kembali apa yang telah aku lakukan, dan menyamakan dengan apa yang mereka bilang, ternyata benar.

Aku punya blind spot, titik buta. Di mana hanya orang lain yang bisa melihatnya. Tentang kekuranganku, tentang apa yang berlebihan, tentang apa yang harus aku perbaiki.

Sadar atau tidak, mereka para pemberi kritik adalah seorang pemerhati yang sejati, di mana ketika yang lain hanya tahu kelebihanmu, dan tak mau ambil pusing dengan kekuranganmu, dan mereka ingin kau jadi lebih baik, iya mereka, sebenar-benarnya teman.

Saat kita mendapat kritik, berusahalah untuk menyampingkan ego dan amarah. Dengarkan apa penilaian orang tentangmu, bisa jadi, itulah kenyataan yang ada, yang tak kau sadari, motivasi yang tersembunyi di balik kritik yang kadang menyesakkan hati.

Berlapang dada tak hanya tugas orang yang dikritik. Tapi pengkritik pun harus lapang dada dan bijak, untuk menyampaikan kritik itu di saat yang tepat dan cara yang tepat. Banyak orang yang lari dan membenci ketika dikritik, bukan karena hal yang disampaikannya, tapi cara dan situasi yang tak tepat.

Mengutip dari ceramah Ustadz Khalid Basalamah, bahwa: "Seseorang yang marah apabila dikritik, berarti ia mempunyai masalah dengan tingkat egoisnya. Jika kita dikritik manusia, mungkin itu salah satu cara Allah untuk mengingatkanmu, akan sesuatu yang terlupakan olehmu, agar kamu lebih memperhatikan hal tersebut."

Bahkan manusia sekelas Khalifah Umar saja lebih suka dengan orang yang menunjukkan kesalahannya dibandingkan kelebihannya.

Masa kita yang biasa aja begini maunya dipuji terus? Sadari, bahwa pujian itu ujian, dan berpotensi melenakan kita, membuat kita merasa sudah baik, bahkan merasa lebih baik dari yang lain.

Waspadalah! 😊
Jkt, 16-10-2016
-dhfrds-

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 12 Oktober 2016

Antara Bensin dan Iman

Seperti biasa, saya akan bercerita tentang sisi dari kehidupan, yang bisa kita maknai, atau sekedar kita analogikan, untuk diambil sebagai pelajaran.

Seperti hari-hari sebelumnya, saya mengendarai sepeda motor untuk pulang ke rumah, saat tiba di sebuah lampu merah, mata saya tertuju kepada layar di depan saya (atau yang biasa disebut spedometer). Saya melihat bahwa takaran bensin motor saya sudah berada di bawah garis tengah, maka saya pun memutuskan untuk melipir ke sebuah pom bensin yang tak jauh dari lampu merah.

Setelah bensin terisi, takaran bensin itu berangsur naik, hingga mencapai titik hampir fuel. Entah mengapa saya masih memandangi layar pada motor saya, dan berpikir tentang dua hal yang berbeda, tentang sepeda motor, dan iman.

Sebagai pengendara yang baik, maka kita tidak boleh membiarkan takaran bensin kita itu kosong, atau baru di isi setelah hampir habis, atau yang paling parah baru di isi setalah motornya mogok kehabisan bensin. Kita harus terus memperhatikan takaran bensin kita agar tetap berisi penuh, agar hal-hal yang tidak kita inginkan seperti motor mogok tadi tidak terjadi, yang mengakibatkan aktivitas kita terganggu, bahkan terhalang.

Begitu pun dengan iman kita, yang sering kali naik turun, dengan segala aktivitas dunia yang kita lakukan, jangan sampai kita lupa mengisi kembali dan terus mengisi iman kita, agar selalu fuel.

Jika iman ibarat bensin motor kita, yang apabila kosong tak kan bisa berjalan, maka bagaimana dengan diri yang imannya turun bahkan kosong?

Masalah dari sebuah motor tak hanya datang dari perihal bensinnya. Tapi bisa jadi ban kempes lah, mesin rusak, klakson ga bunyi, lampu sen mati, dan masih banyak hal lainnya.

Itu pun berlaku bagi seorang manusia, banyak ujian dan cobaan yang datang silih berganti, tanpa bisa diprediksi.

Bisakah kau bayangkan bagaimana sebuah motor dengan bensin kosong, lalu ban kempes, bagian depan belakang rusak tertabrak, klakson mati, lampu sen gak bunyi? Duh kayaknya udah jadi rongsokan aja ya?

Seperti itu kira-kira seseorang yang iman nya kosong lalu tertimpa musibah. Gak tau mau kemana, nyerah sama keadaan. Ke sana sini susah, berat banget rasanya.

Tapi, kalo aja bensin motornya penuh, kita masih bisa bawa motor itu ke bengkel kan? Lalu perbaikin semua kerusakan yang ada, hingga motor bisa berfungsi secara normal.

Nah, seperti itu pula seorang manusia yang tertimpa musibah, kalo di dalam dirinya ada iman yang kuat, yang penuh kepada Allah, maka dia tahu harus kemana, dia tahu cari solusi seperti apa, hingga akhirnya dia dapat keluar dari masalah itu.

So, jangan biarkan imanmu mengering sob!

posted from Bloggeroid

Share:

Realitas Lebih Besar dari Sebuah Kotak Berkaca

Hari ini kita belajar, bagaimana suatu generasi telah terbentuk dan semua pergaulan anda ditentukan oleh sebuah kotak pintar (hp). Sedangkan generasi saya adalah generasi yang dibesarkan oleh tatap muka. Semua urusan harus kita selesaikan dengan datang ke tempatnya dan bertemu dengan orang-orang yang kita hadapi.

Di belakang kita, sebuah jalan berliku telah kita lewati, sebuah generasi realitas yang kini tengah menjadi pendatang baru di dunia digital, tengah terseok-seok menatap masa depan baru.

Kami, guru-gurumu, di balik gerbang virtualitas itu mencoba memahamimu dari realitas yang tengah kau jalani. Kalianlah pribumi di dunia maya yang tak begitu kami kenal, dari kalianlah kami belajar tentang seluk beluk dunia digital. Kami terkejut menanggapi pesan-pesan dan kejadian di dunia maya, karena itu memang bukan dunia kami.

Tetapi sebaliknya, kalian terkejut-kejut keluar dari dunia maya, lalu bertempur dalam dunia realitas. Realitas itu bukan hanya selebar kaca di hadapanmu, sebab yang pintar itu, katanya, hanyalah ponselmu, smartphone, but not people.

Hari-hari ini kita tengah menapaki jalan perubahan yang panjang dan berliku, yang artinya kita harus siapp berkorban lagi keluar dari zona nyaman dari kehidupan berfoya-foya, menenggak barangkali termasuk subsidi menjadi sebuah gerakan kesejahteraan yang jauh lebih adil. Seimbang dari barat ke timur, dan adil hingga ke pedalaman Kalimantan.

Ilmu kita bisa pakai untuk membuat banyak hal yang bermanfaat, tetapi kita harus bersatu, bahu-membahu. Jangan biarkan dirimu terkoyak dibakar api kebencian oleh orang-orang yang bersembunyi di dunia maya. Sebab, itu bukan realitas.

-Rhenald Kasali dalam Mata Najwa Edisi Habibie dan Suara Anak Bangsa-

posted from Bloggeroid

Share:

Minggu, 25 September 2016

Nyanyian Sepotong Hati

Wajah dunia begitu menakutkan
Bagi seorang anak yang terbiasa di dalam sangkar
Bertahan pada rasa sakit yang menahun
Berharap bebas, tak beri derita untuk tuan

Alam seakan berbicara
Untuk menawar kepada si benalu
Memberi ataukah memaksa
Lari atau tinggal kini tak ada pilihan

Kilat bak tahu isi hati
Yang ingin menyambar-nyambar
Tapi takut untuk melukai
Jika gemuruh selalu berakhir sunyi

Hujan mengisyaratkan
Bahwa sangkar tetaplah sangkar
Tempat untuk kembali
Ketika semua sesak oleh penghuni

Bintang malu untuk bersinar
Ataukah diancam oleh sang awan?
Cahaya yang tak pernah dimengerti
Hanya selalu disalahkan arti

Siapa gerangan yang sudi menjadi pelindung
Bagi si lemah dan miskin papa
Setiap insan selalu ricuh
Atau bimbang antara abai dan acuh

Ciptaan bertanya kepada Pemilik Semesta Alam
Tentang apa yang diinginkan-Nya
Untuk menukar dosa dengan derajat
Atau memberi pelangi seusai badai

posted from Bloggeroid

Share:

Sabtu, 24 September 2016

Sepenggal Kisah Hijrahku (Bagian 1)



Aku tak pernah setuju dengan mereka yang berkata: "Gue aja belum bener, masih urakan, nanti aja pake hijabnya, benerin hati dan sikap dulu..."

Hey! Kamu tahu? Bahwa hati dan sikapku tak lebih baik dari mereka yang tak berhijab. Sungguh. Masih banyak kesalahan yang aku lakukan meski hijab ini telah menemaniku bertahun-tahun.

Tapi perlu kau tahu, hijab inilah yang akan menjadi sedikit penolong orangtuaku di akhirat, hijab inilah yang jadi pengingatku, bahwa aku berhijab, tak pantas melakukan ini dan itu yang tak baik. Hijab ini seperti pak polisi yang memberhentikanku. Meski seringkali ada saja yang aku langgar.

Perlu kau tahu, bahwa awal memakai hijab ini tak sepenuhnya karena Rabb-ku. Tapi kau juga harus tahu, bahwa perlahan Allah meluruskan niatku, dan memberikanmu banyak alasan akhirat mengapa kau harus menggunakannya.

Aku tak pernah merasakan rasa aman yang begitu kuat sebelum aku pakai hijabku. Sungguh, aku merasa Allah lebih dekat. Setiap langkah kakiku, ku yakini Allah menyertainya, meski ku lewati jalanan gelap dan sepi, segerombol orang yang sedang nongkrong, dan lain lain. Aku tetap merasa aman, padahal tak seorang manusia pun menemaniku.

Percayalah, ini hanya soal keberanianmu menjemput hidayahnya. Metamorfosis diriku yang aku pun tak pernah menyangka akan sampai pada detik ini. Aku merasa Allah sangat baik. Aku tak bisa bayangkan bagaimana jika kini aku masih menjadi diriku yang dulu. Entah akan menambah berapa gunung dan lautan dosaku itu.

Ah ku tak percaya...bagaimana mungkin aku yang dulu tak berhijab mulai berproses memakai baju lengan panjang dan celana jeans dan kerudung tipis. Ingat sekali ketika dulu rambutku masih terlihat karena belum pandai memakai hijab. Lalu Allah membimbingku kepada orang-orang yang shalihah, mungkin lebih tepatnya mereka yang sama-sama ingin menjadi shalihah.

Aku mulai memakai rok, kerudung lebih panjang, kaos kaki, manset tangan. Perubahan itu begitu indah. Meski ku alami penentangan dan komentar dari berbagai sisi, ah...ku tak peduli. Aku hanya ingin menaati Rabb-ku. Aku ingin jadi baik.

Bersambung...

posted from Bloggeroid

Share:

Minggu, 11 September 2016

Andai Kau Tahu

Betapa sering aku menangis melihat kebodohan diriku.

Tangisan itu semakin mengeras dan membuatku terisak saat kau nilai aku sebagai orang yang berilmu.

Andai kau tahu...

Betapa susahnya aku menjadi seperti yang kau anggap, bahkan seperti yang kau harapkan.

Seringkali penilaian demi penilaian itu memberikan beban berselimut motivasi untukku.

Bahwa di balik itu semua kamu berperan memacu semangatku.

Demi Allah kebodohan ini menyiksaku.

Memaksaku kembali memutar memori tentang masa dahulu yang ku habiskan tanpa arah yang menentu.

Membuatku merasakan penyesalan yang sangat mendalam yang selalu berujung haru.

Wahai siapapun kamu, inilah aku, hanya seorang pendosa lagi fakir ilmu.

Apa yang kau lihat baik pada diriku hanya sedikit kebaikan dari Rabb-ku, yang sudi menutupi semua aibku.

Andai kau tahu...

Bahwa aku dengan lapang dada ingin menerima ilmu, disertai membagi ilmu yang baru ku pahami, agar kita bisa saling meningkatkan kapasitas diri.

Apa yang kau lihat hari ini hanyalah bagian dari semangat berbagiku, yang selalu ingin aku tingkatkan setiap waktu, tentunya bersama pemahamanku.

Tegurlah aku dengan santunmu, jika kelak kau menemukan kekhilafan dalam kefakiran ilmuku.

Ajarkan aku apa yang tidak ku ketahui, dan lapangkanlah hatimu untuk memaafkan kebodohanku.

Sahabatmu,
@dwihandafirdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Sabtu, 10 September 2016

Pemuda, Impian, Sang Raja



Alkisah, di sebuah daerah terpencil hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai dua orang anak. Kedua anak ini semuanya laki-laki dan sudah beranjak dewasa. Anak yang pertama bernama Hanif, dan anak kedua bernama Raihan. Setiap hari mereka membantu ayah dan ibunya yang bekerja di sebuah sawah milik seorang raja yang memerintah pada daerah tersebut. Mereka bertugas membawakan hasil panen ke lumbung dekat istana Sang Raja. Seusai mengantar semua hasil panen, mereka bergegas pulang, saat melewati gerbang istana, mereka melihat secarik kertas berisi pengumuman sebagai berikut:

"Untuk seluruh rakyatku,

Dahulu, aku pernah menyimpan sebuah peti berisi emas dan barang berharga lainnya yang aku tanam di samping pohon besar yang berada di hutan, dan aku mengadakan sayembara, bagi siapa saja yang bisa menemukan peti itu dan membawa seluruh isinya ke hadapanku, maka aku akan memberinya setengah dari isi peti itu, dan jika orang yang menemukan itu adalah perempuan, maka akan ku jadikan ia sebagai anak angkatku, jika orang itu adalah laki-laki, maka akan ku nikahkan ia dengan putri pertamaku. Tapi satu hal yang harus diingat, jalan menuju hutan itu tidaklah mudah, penuh rintangan, peti itu tak akan bisa dibawa karena sangat berat, kalian hanya bisa membukanya dan membawa seluruh isi itu ke hadapanku, dan peti itu tidak akan bisa terbuka dan perintah dariku."

Seusai membaca pengumuman tersebut, Hanif dan Raihan menuju rumah dengan banyaknya pemikiran di kepala mereka tentang sayembara tersebut. Masing-masing dari mereka ingin mengikuti sayembara dari sang raja, tapi mereka sepakat untuk tidak memberitahu satu sama lain.

Tanpa pikir panjang, saat malam tiba, Raihan langsung menuju hutan, mencoba untuk menemukan peti itu. Lain halnya dengan Hanif, ia duduk termenung sambil memikirkan cara-cara menuju hutan, membawa bekal, dan mencari jalan yang lebih cepat untuk tiba ke pohon besar itu. Saat ia rasa semuanya telah siap, Hanif teringat pada petikan pengumuman sayembara tersebut, yang mengatakan "peti itu tak akan bisa terbuka tanpa perintah dariku..."

Saat itu pula Hanif tahu, bahwa ia tidak bisa berangkat menuju hutan malam ini, karena ia juga harus mengajak Sang Raja untuk bisa membuka peti tersebut.

Matahari telah menampakkan diri, Hanif berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk datangi istana Raja. Sebelumnya ia telah memberitahu kalau ia ingin pergi ke hutan untuk ikut sayembara yang diadakan oleh Sang Raja. Setelah seluruh keperluan dan peta menuju hutan di bawanya, ia menuju ke istana. Sesampainya ia di istana, dengan segala hormat ia mengutarakan maksud kedatangannya yaitu mengajak Sang Raja pergi bersamanya, dan Raja pun bersedia.

Sang Raja telah mengetahui bahwa banyak sekali yang mengikuti sayembara ini, tapi tak seorang pun yang menyadari petikan terakhir dari pengumuman sayembara tersebut, mereka terlalu gegabah, tergiur dengan hadiah, hingga tak bisa berpikir lebih jernih. Ya, kecuali satu pemuda, yaitu Hanif.

Sejak malam itu, Raihan menyusuri jalan demi jalan menuju hutan, dan benar saja, jalan yang ditempuh amatlah jauh, sementara ia tak membawa bekal apapun, ia kelaparan. Tak berhenti di situ, Raihan juga berkali-kali tersesat karena gelapnya malam, terserang oleh hewan-hewan buas, dan bermacam rintangan lainnya.

Berbeda hal dengan Hanif, ia membawa segala keperluan mulai dari bekal makanan, penerangan, petunjuk jalan, dan lain-lain. Tenaganya selalu penuh karena perbekalan yang ia bawa sangatlah mencukupi, saat menghadapi hewan buas, Sang Raja membantunya, dan saat Hanif mengajak Sang Raja untuk melewati jalan yang telah ia pikirkan untuk sampai lebih cepat, tetapi Sang Raja malah menunjukkan jalan yang lebih cepat. Semuanya terasa mudah bersama Sang Raja.

Dengan waktu yang relatif singkat, akhirnya Hanif dan Sang Raja sampai di pohon besar di mana Sang Raja menanam peti itu, setelah di gali, Hanif mempersilahkan Raja untuk membuka peti itu. Dan benar saja, saat Raja memerintahkan "Bukalah, aku pemilikmu..." Seketika peti itu terbuka dengan mengeluarkan sinar yang menyilaukan pandangan Hanif.

Setelah memasukkan seluruh isi peti itu, Sang Raja berkata kepada Hanif:
"Sesungguhnya aku tak menyangka bahwa akan ada pemuda yang menyadari isi sayembara itu. Karena dari awal ku sampaikan sayembara itu, tak seorang pun yang datang untuk mengajakku pergi seperti dirimu."

Hanif hanya diam dan matanya berkaca-kaca, setelah semua emas dan barang siap untuk di bawa, Hanif dan Sang Raja segera kembali menuju istana. Tak berapa lama mereka berjalan, mereka melihat seorang pemuda yang nampak keletihan dengan baju yang sudah sobek dan kotor. Hanif mengenali pemuda itu yang lain tak bukan adalah adiknya, Raihan.

Hanif menanyakan mengapa Raihan bisa sampai di sini, karena Hanif tidak tahu bahkan kedua orangtuanya pun tidak tahu. Raihan menceritakan tujuan dan semua hal yang menimpanya. Raihan sangat menyesal karena pergi tanpa bekal, tanpa pamit dengan ayah ibunya, dengan gegabah, tak mengajak Sang Raja. Tujuan tak tercapai, di jalan pun kesusahan.

Akhirnya Hanif membawa adiknya pulang bersama Sang Raja. Sesampainya di istana, Raja menepati semua janjinya untuk memberikan sebagian isi peti itu kepada Hanif, dan menikahkan ia dengan putri pertamanya.


Dari cerita ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa:

1. Jangan takut untuk mempunyai impian besar, terlebih kita tahu bahwa Yang Maha Besar akan menemani kita.

2. Tak hanya dengan mimpi, tapi juga disertai dengan usaha seperti membuat rencana dan pastinya dengan tindakan nyata.

3. Minta restu dengan orangtua, karena dari merekalah pintu-pintu kemudahan akan semakin terbuka.

4. Berpikirlah secara visioner. Jangan terburu-buru, keberhasilan butuh proses.

5. Sadarilah bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah, tak bisa apa-apa tanpa Sang Raja Pencipta manusia. Allah Subhanahu wata'ala. Karena dengan Sang Raja, segalanya akan lebih mudah.

Semoga bermanfaat.
Jakarta, 10 September 2016
Dwihanda Firdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Jumat, 09 September 2016

Realita vs Harapan

Masalah dapat terjadi salah satunya karena ketidaksesuaian antara realita yang kita alami dengan harapan yang kita lambungkan di dalam hati dan pikiran.

Sebagian orang menyiasati, katakanlah, hukum alam ini, dengan menurunkan standar ekspektasi, standar harapan, dan cita-cita. Alasannya agar mereka jatuh dan gagal, mereka tidak sakit atau bahkan, mati.

Cara ini arif dalam berbagai aspek, tetapi berdampak buruk dalam jangka panjang. Mengapa? Karena kita secara sadar akan "mengecilkan" keyakinan kepada kuasa Tuhan, seolah-olah Ia tidak mampu "memenangkan" kita, membantu kita meraih apa yang kita cita-citakan, seolah-olah kita tidak berhak atas apapun kecuali (hanya) nasib buruk dan masalah.

Cara yang lebih efektif sejauh ini adalah dengan "berharap untuk yang terbaik, bersiap untuk yang terburuk." Yaitu sikap untuk siap menang sekaligus siap kalah.

Kualitas mental dan psikologi untuk tidak jumawa saat menang serta tidak terpuruk saat kalah. Lapang dada. Legowo.

Ibarat pilot yang menyiapkan parasut just in case penerbangan berlangsung buruk. Tak ada yang berharap pesawat jatuh, tetapi setiap akan take off, pramugari selalu mengajarkan kita cara untuk menyelamatkan diri.

Hujan akan berhenti dan sesekali kita memang akan dan harus kalah. Kehidupan mungkin merenggut banyak hal dari kita. Kita jadi bisa kehilangan apa yang kita sayangi, tidak mendapatkan apa yang kita mimpikan dan butuhkan, tetapi life must go on. Hidup berjalan terus. Apapun ceritanya.

Sumber: 25 Ibadah Pilihan untuk keluar dari kemelut.

posted from Bloggeroid

Share:

Kamis, 08 September 2016

Jodoh



Bagi ia seorang hamba
Rupa tak kan jadi perkara
Harta hanya ujian belaka
Akhlak jadi fokus utama

Menusia memang banyak pinta
Mau cukup segalanya tapi tak usaha
Mau cepat dapatnya tapi tak berdoa
Kalau begitu caranya, mau datang darimana?

Gantung mimpi bisa dilangit
Tetap tapakkan kaki di tanah berbukit
Mau punya pasangan tanpa 'cacat'
Tapi sendirinya penuh maksiat

Kalau punya keinginan tinggi
Ada baiknya berkaca lagi
Apakah kriteria sudah terpenuhi?
Jika tidak lekas berbenah diri

Jodoh tak bisa diprediksi
Karena sudah digariskan oleh Ilahi
Daripada sibuk mencari
Lebih baik sibuk menjadi

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 07 September 2016

Dialog Hati

Banyak manusia serasa sendiri
Banyak telinga seakan tuli
Banyak hati seperti mati
Satu Allah tapi selalu menemani

Berjuta kata selalu berakhir bungkam
Ditawan oleh mulut yang selalu gagap
Suara hati terpenjara di sudut kecil
Menunggu kesempatan berkelana namun itu hanya mimpi

Ada yang seperti benda di sana sini
Padahal ia lebih berakal dari sapi
Entah mengapa begitu menyayat hati
Sudah tahu tapi tak peduli

Pikiran tak punya jalan
Hati pun nasibnya tak jauh berbeda
Sedang untaian kata bak terbuang
Maka diam selalu jadi pilihan

Lapak demu lapak telah terisi
Oleh yang mempunyai egois tinggi
Tak ada tempat lagi
Tuk tumpahkan yang terpendam tanpa durasi

Pikiran tak punya teman
Hingga hati membujuk untuk bermain bersama
Berusaha menghibur satu sama lain
Meski kadang ada tangis berlapis senyum

Mereka mengadu pada Sang Pencipta
Tentang apa yang dirasakan sejak lama
Meski dengan mulut terkunci
Tapi yakin bahwa Penciptanya tak pernah tuli

posted from Bloggeroid

Share:

Kamis, 01 September 2016

Empat Pilar Pemuda Islam Dalam Menyongsong Kebangkitan

Generasi emas pada zaman Rasulullah saw adalah generasi yang berisi pemuda-pemuda pemberani, yang mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membela dan kemenangan Islam. Kekaguman pun muncul kepada generasi emas pada zaman Rasulullah saw ini, karena seluruh kontribusi yang mereka berikan untuk Islam mereka lakukan di usia yang masih sangat muda. Sebagai contoh, Az Zubair bin Awwam. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah saw, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun. Sementara Thalhah bin Ubaidillah, seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donatur utama fii sabilillah, mendapat julukan dari Rasulullah saw: Thalhah si Pemurah, Thalhah si Dermawan di usianya yang masih sangat muda. Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah saw sebagai penduduk surga. Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah saw bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun. Usamah bin Zaid, namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat, Rasulullah saw menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.


Beda zaman, beda perjuangan, beda kontribusi. Jika pada zaman Rasulullah saw para pemuda harus berhadapan dengan musuh-musuh Islam secara langsung, membela Islam dengan perang, membawa pedang, panah, tameng, serta menunggang kuda, maka setelah kemenangan Islam, perjuangan yang dilakukan para pemuda Islam bukanlah perjuangan yang menggunakan fisik lagi, melainkan dengan pemikiran. Seiring bergulirnya waktu, bergantinya zaman, hingga saat ini kita sampai pada suatu masa dengan kemudahan di segala aspek kehidupan. Ya, kita tiba di era globalisasi atau zaman modern. Musuh-musuh Islam pun memanfaatkan zaman ini untuk menaklukkan Islam, dan yang perlu diketahui adalah: mereka tidak akan menggunakan cara yang sama untuk menyerang Islam. Tidak dengan perang fisik. Lalu dengan cara apa? Jawabannya adalah: Ghozwul Fikr, atau perang pemikiran. Mengapa dikatakan demikian? Generasi Islam saat ini disuguhkan dengan berbagai macam kesenangan, agar mereka lupa dengan kewajiban mereka sebagai seorang muslim, bahkan dapat membuat mereka meninggalkan Islam. Sedikit contoh, generasi saat ini lebih suka membaca notifikasi media sosial daripada membaca al qur’an, menunda shalat karena sedang asyik chatting dengan teman, handphone ketinggalan hebohnya bukan main, tapi giliran al qur’an yang ketinggalan, biasa-biasa saja. Itu baru dari aspek teknologi saja, sudah membuat kita lalai akan perintah Allah, belum lagi ditambah dengan aspek yang lain seperti musik, makanan, pakaian, dan film. Pertanyaannya adalah: “Apakah kita sebagai generasi Islam terus-terusan mau seperti ini?”, terbawa arus globalisasi? Musuh-musuh Islam dengan bangganya tertawa melihat kita yang semakin lama semakin jauh dari Islam, karena dengan itu, berarti mereka telah menang! Mereka berhasil membuat generasi ini tidak suka baca al qur’an, berhasil membuat kita lalai dalam sholat bahkan meninggalkan sholat sekalipun! Inilah kenyataan perang yang sesungguhnya dihadapi generasi ini. Namun, tak banyak diantara kita yang menyadarinya.


Jika para pemuda pada zaman Rasulullah saw menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk menjadi garda terdepan dalam perang fisik melawan musuh-musuh Islam, bagaimana dengan kita? siapkah kita menjadi garda terdepan pula dalam menghadapi perang pemikiran ini?. Menjadi garda terdepan berarti siap untuk berkontribusi lebih, bagaimana caranya? Mari kita lihat kembali pada zaman Rasulullah saw, pemuda pada zaman itu sangat aktif dalam membela agama Allah, saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Pemuda zaman sekarang selayaknya bisa seperti zaman Rasulullah saw, jika dikaitkan dengan dengan zaman modern, minimal pemuda Islam saat ini aktif dalam kegiatan dakwah dan mumpuni dalam segala bidang untuk kemuliaan Islam. Dakwah di sini tidak hanya ceramah, karena sesungguhnya banyak cara untuk berdakwah, bisa melalui karya tulis, musik religi, dan lain sebagainya. Di zaman modern ini, dakwah yang harus dilakukan adalah dakwah dengan potensi diri masing-masing. Jika kita adalah seorang yang ahli teknologi, atau suka dengan teknologi, kita bisa mempergunakan alat-alat komunikasi seperti handphone untuk hal-hal yang baik, misalnya menyebarkan info kajian, audio dari ceramah ustadz, dan lain-lain. Jika kita ahli komputer, maka kita berdakwah dengan membuat pamflet atau wallpaper nasehat yang sedang tren saat ini. Jika kita seorang ahli ekonomi, maka berdakwah dengan ekonomi, misalnya berusaha mengerakkan sistem ekonomi Islam. Begitu pun bidang-bidang yang lainnya yang kita kuasai atau sukai, bisa dimasukkan sisi agamanya.
Jika potensi diri kita dapat kita gunakan sebagai kontribusi untuk seluruh ummat, maka sekarang kita beralih kepada kontribusi di ladang dakwah yang sesungguhnya. Kita merangkul dan mengajak teman-teman kita yang sudah terlanjur terbawa arus zaman modern ini untuk kembali kepada jalan Allah. “Dakwah? Wah kan susah, gak bisa sembarangan, harus punya ilmu agama yang cukup, gak berani ah.” Ya, jika kita telah mengetahui bahwa dakwah dibutuhkan pemahaman agama yang cukup, maka jadikanlah itu sebagai motivasi untuk belajar dan membekali diri kita dengan ilmu agama lebih dalam lagi, karena agama adalah hal paling mendasar. Beberapa cara untuk mendalami agama adalah dengan membaca al qur’an, membaca buku-buku Islam, tarbiyah secara rutin, dan jangan lupa untuk memperhatikan akhlaq kita pula. Sasaran utama dakwah kita adalah teman-teman yang usianya tidak beda jauh dengan kita, karena hal itu pula, kita harus mempunyai strategi dakwah yang baik, dakwah yang bersahabat, dakwah yang tidak terkesan menggurui, agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh teman-teman kita tersebut. Penguasaan bahasa yang baik dan cermat akan situasi merupakan bagian dari dakwah yang bersahabat. Bahasa yang disesuaikan dengan target dakwah kita, jangan sampai misalnya kita mau berdakwah ke anak gaul tetapi memakai tatanan bahasa baku, yang seperti itu kurang bisa diterima. Cermat akan situasi artinya kita mengetahui saat-saat yang tepat untuk menyampaikan nasehat atau motivasi islami kepada mereka. Lingkungan berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang, maka cobalah kita tarik mereka sedikit demi sedikit dari lingkungan yang membawa dampak negatif kepada mereka, kita ajak mereka ke pengajian, kajian-kajian ilmu Islam, ajak terjun ke dunia dakwah, dan melakukan kebaikan yang lainnya. Hasilnya mungkin tidak akan cepat terlihat, karena pastinya dibutuhkan proses, sedikit demi sedikit mereka akan melakukan perubahan dari dirinya, kita bisa membuat mereka tidak lagi terbawa arus globalisasi, membuat mereka hidup di zaman modern tapi berdampingan dengan Islam, membuat mereka bisa menyaring dampak yang ditimbulkan oleh zaman ini, mengambil yang baik, dan membuang yang buruk.


“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” begitulah perkataan Presiden Soekarno. Begitu besar dampak yang akan diberikan kepada dunia ini jika seluruh pemuda dapat berkontribusi aktif dalam kebaikan, khususnya di zaman modern seperti ini. Pemuda Islam yang tak hanya memberikan kontribusi pada zaman modern ini, tapi juga menjadi pemuda Islam dalam generasi emas yang dapat menyongsong kebangkitan. Lalu, bagaimana caranya untuk menjadi generasi emas yang seperti ini? Ada empat pilar yang harus dimiliki oleh pemuda Islam. Keempat hal tersebut adalah: Faith, Intellectual, Leading, Life. atau disingkat FILL. Pertama adalah Faith (keyakinan), sebagai seperangkat prinsip dan nilai yang sekaligus menjadi misi suci dalam kehidupan, segala sesuatu harus dimulai dari keyakinan, karena keyakinan akan memberikan kekuatan. Kedua, Intellectual (kecerdasan). Intelektual yang mencakup kerja cerdas, kecerdasan menata pikiran, mental, dan juga fisik. Pemuda Islam harus memiliki semangat dalam belajar, yaitu semangat untuk mendayagunakan kemampuan yang ada pada dirinya, memiliki motivasi belajar yang benar, menjadi cerdas sekaligus memiliki karakter yang kuat. Ketiga, Leading (kepemimpinan), yang dalam artian seorang pemuda Islam harus bergerak memimpin, terdepan, dan bertanggung jawab. Keempat, Life (kehidupan), yang bermakna kehidupan yang luas, lebih tepatnya adalah seorang pemuda harus mempunyai tujuan hidup yang jelas, yang menjadi alasan bahwa kita tidak ingin hidup hanya meninggalkan tulisan dalam nisan kita, tapi kita ingin ada bekas kebaikan yang menjadi doa untuk kita dan untuk mendapatkan kehidupan yang sejati. Seorang pemuda Islam harus mengejar kehidupan yang lebih panjang dari masa umurnya, maka kehidupan itu adalah bola salju kebaikan yang akan terus membesar tatkala berputar.


Dengan bekal FILL, dan peran pemuda Islam yang seperti sudah dijabarkan di atas, semoga pemuda Islam dapat menyongsong kebangkitan untuk kejayaan ummat, bangsa, dan agama.

posted from Bloggeroid

Share:

Minggu, 28 Agustus 2016

Notes from Inspirator Academy


Pak Saiful Arifin, CEO Safin Grup

"Sukses adalah kerja keras dan tak pernah berhenti menjadi kreatif untuk menciptakan peluang." -Saiful Arifin

"Right time, Right place."
Manfaatkan setiap moment, untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Karena kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya.

"Sebelum mengambil keputusan, diperlukan analisis dan perhitungan, pikirkan pula modal dan tim kita."

Saran dalam berbisnis:
1) Sebelum usaha itu sampai pada titik baik/kuatnya, jangan pindah bisnis ke bidang lain dulu, buat bisnis pertama kita menjadi bisnis yang bisa diandalkan.
2) Jangan takut menjadi pengusaha, dan tak lupa untuk: Komitmen, Kerja Keras, Ambil Peluang.
3) Tidak boleh ikut-ikutan dalam berbisnis, ambilah kesempatan/bidang dimana dalam bidang tersebut masih sedikit orang yang terjun di dalamnya.

"Kalau kita merasa baik dan pantas untuk dijadikan teladan, maka abdikanlah diri untuk daerah asal/bangsa."

"Jangan pernah menyerah dan teruslah belajar."



Kak Brili Agung, CEO Inspirator Academy

Dunia terbagi menjadi 3 (tiga):
1) Dunia Penulis/Calon Penulis
2) Dunia Resourceful People
3) Dunia Penerbit

Penulis zaman dahulu hanya mendapatkan happiness, penulis zaman sekarang mendapatkan happiness dan wealthy.

Mengapa sekarang banyak korupsi? Karena pada zaman dahulu, kurikulum yang diterapkan oleh Bung Karno adalah: Dalam satu tahun, siswa wajib membaca 8 novel. Sebagai pelatihan untuk kepekaan. Dari membaca kita akan punya rambu-rambu jika kita ingin berbuat kesalahan.
Contohnya: Saat kita ingin mencuri, kita akan teringat oleh kisah/pesan dari buku yang kita baca, kalau mencuri itu tidak baik, berdosa. Hal itu menunjukkan bahwa buku memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang.

Seorang penulis itu memiliki 3 kekayaan:
1) Kaya Hati
2) Kaya Imajinasi
3) Kaya Materi

Jargon penulis:
"Setiap patah hati pasti kami jadikan royalti."

Tiga rahasia penulis best seller:
1) Writing
How to produce writing:
📝Set your Reason
Carilah alasan yang kuat dalam menulis, dan berilah hukuman pada diri anda ketika anda tidak komitmen menulis dengan deadline. Contoh: saya menulis karena ingin memberangkatkan kedua orangtua saya pergi haji, kalau buku saya gak kelar-kelar, kapan saya mau memberangkatkan orangtua saya ke tanah suci? Dan hukuman saya jika tidak menyelesaikan naskah sesuai deadline, saya siap menjual motor saya dan menyedekahkan uangnya.
📝Menulis buruk
Manusia mempunya dua otak, otak kanan dan kiri. Otak kanan berisi imajinasi dan kreativitas. Otak kiri berisi struktur logis. Dalam memulai menulis, singkirkan terlebih dahulu otak kiri anda, biarkan imajinasi anda yang bekerja. Jangan menggunakan kedua otak itu bersamaan. Karena jika digunakaan bersamaan, maka tulisan anda tidak akan pernah selesai karena baru menulis sedikit lalu dihapus, sampai pada akhirnya anda stalk berjam-jam di depan komputer anda tanpa tulisan yang berarti.
📝Find your mentor
Carilah mentor untuk membimbing, menyemangati, mengkoreksi, dan memberikan saran kepada anda dan tulisan anda.
2) Networking
3) Selling

Macam-macam penulis:
1) 10% Penulis dengan bakat dari lahir
2) 10% Penulis dengan bantuan ghost writer
3) 80% Penulis dengan semangat yang angin-angin. Mau jadi penulis tapi gak nulis, gimana bisa?



Kak Muhammad Assad, Lulusan S1 Universitas Petronas Malaysia dan S2 Universitas Qatar

Dalam menulis, pastikan isi tulisan kita bermanfaat.

"A good writer is a good reader."

Untuk menggabungkan kisah dengan riset sangatlah mudah. Angkatlah topik-topik sederhana. Sajikan tulisan yang membuat para pembaca bilang "Oh gitu ternyata...baru tau." Fakta sederhana tapi mengesankan.

Sebagai penulis pemula, sebaiknya karya diterbitkan lewat penerbit major daripada self publishing. Tujuannya apa? Untuk branding si penulis.

Dalam belajar, gunakan metode ATM:
Amati
Tiru
Modifikasi

Pentingnya networking:
"Cause your network will be your net work."
(Jaringanmu akan menjadi kekayaan bersihmu)

Dalam berkenalan dengan orang, jangan lupa beri kata kunci yang membuat mereka akan terus mengingat anda, contohnya: Saya Assad, mahasiswa Universitas Petronas Malaysia. Jadi sewaktu-waktu anda bertemu dengan orang itu kembali, katakan keyword itu sebagai pemacu ingatan kenalan anda.

"Percayalah, akan banyak jalan dan kemudahan terbuka dari menulis."



Pak Sandiaga Uno, Pengusaha

Catatan dalam membangun bisnis:
1) Membangun usaha bukan tentang diri anda sendiri.
2) Ingatlah konsep rahmatan lil 'alamin.
3) Bangun bisnis untuk menjadi assets of nation.

Dalam membangun bisnis harus mempunyai:
1) Visi yang jelas.
2) Passion yang kuat.
3) Kemampuan Eksekusi yang baik.

Cara bersaing dengan lawan bisnis:
1) Cari tau kemampuan sendiri.
2) Cari tau kemampuan lawan bisnis.
3) Cari tau senjata apa untuk bersaing dengan lawan bisnis.

Jika kita bersaing dengan lawan bisnis yang besar, sedangkan bisnis kita kecil. Janganlah memakai cara yang mainstream/besar/sama dengan lawan musuh kita. Carilah cara yang sesuai dengan kemampuan kita tapi terarah dan tepat sasaran.

"Kalau kita tulus membangun sesuatu, semuanya menjadi mungkin."

"A good leader is a good reader, and a good leader is a good listener."

"Untuk menjadi orang sukses harus sering-sering sharing." -CEO Amazon

"Orang sukses itu harus menulis." -Warren Buffet

Lead to Inspire
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi.
2) Menulis untuk memanajemen pikiran.
3) Memaksa anda untuk memikirkan audiens (pembaca tulisan)
4) Tulislah pengalaman anda, dan sebarkanlah inspirasi bagi banyak orang

Penulis sukses=Entrepreneur Sukses
"You can make anything by writing." -C.S Lewis
1) Konsistensi dan komitmen.
2) Pernah gagal dan tidak takut gagal.
3) Kreativitas yang tinggi (cari permasalahan dan jadilah problem solving.
4) Berwawasan luas dan berpikiran terbuka.

Cara bangkit dari keterpurukan:
1) Membaca buku yang menginspirasi, biografi tokoh-tokoh atau orang-orang sukses. Pick a good book. Dari sanaa kita akan tau bagaimana pengalaman orang-orang. Ada yang lebih terpuruk dari kita dan mereka berhasil bangkit. Maka kita harus bangkit juga.
2) Olahraga. Saat kita berolahraga, tubuh kita akan berkeringat dan mengeluarkan zat endorfin. Manfaat zat tersebut adalah membuat kita berpikir positif dan optimis.
3) Family. Karena keluarga never ever underestimate. Seterpuruk apapun kita keluargalah yang akan memberikan semangat dan tidak akan meninggalkan kita.

Cara untuk bisa bertahan dalam bisnis:
1) Inovasi
2) Take a risk

What are you waiting for? Tomorrow isn't guaranteed! So do it now!


Other Images:
Sertifikat
Pesan untuk pelajar dari kak Alzin (Pengusaha muda, 19th)
Pesan untuk pelajar dari kak Brili Agung
Pesan untuk pelajar dari kak Muhammad Assad
Buku-buku yang menginspirasi Pak Sandiaga Uno
(Artinya masih dicari)

posted from Bloggeroid

Share:

Jumat, 26 Agustus 2016

Hujan



Hari ini ada sesuatu yang berbeda

Tidak seperti biasanya

Tidak ada tanda apa-apa

Tak diundang

Kau hadir begitu saja

Untuk daerah perkotaan mungkin hadirmu biasa saja, hanya sekedar memberi tambahan kesejukan, atau menahan para pekerja yang ingin pulang ke rumah. Tapi, untuk saudara-saudara kami yang dilanda kekeringan, kau bagai oase di gersangnya padang pasir. Kau juga membantu memadamkan sang jago merah yang melalap hutan di beberapa daerah sana. Kau juga membawa harapan bagi satu-dua bocah yang yang mencari rupiah dengan membawa payung menyediakan jasa.

Tak jarang, aku mendengar cacian untukmu.

Tak jarang pula aku mendengar rasa syukur yang terucap.

Ah! Namanya juga manusia, cara pandang mereka berbeda.

Kalau aku sendiri, aku suka jika kau datang.

Aku bisa berdoa meminta keberkahan beriringan dengan rintik-rintik dirimu, dan berharap dosa-dosaku pun berjatuhan seperti dirimu.

Jika memandangmu dari berbagai sisi, aku suka tersenyum sipu.

Kau datang bersama, dari tempat yang sama.

Akan tetapi, masing-masing darimu jatuh ke tempat yang berbeda.

Ada yang langsung ke tanah, ada yang berkumpul di sungai, ada yang hinggap di dedaunan.

Tapi, pada akhirnya bermuara bersama di luasnya laut.

Kamu lucu

Ceritamu seperti kami, para manusia.

Kami lahir dari rahim para ibu, tanpa sehelai kain pun.

Ketika kami dewasa, kami punya jalan hidup yang berbeda.

Tapi pada akhirnya,

Kami semua kembali kepada Sang Pencipta

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 24 Agustus 2016

Muridku, Inspirasiku



Namanya Athala. Kelas 6 SD. Dia adalah salah satu muridku. Kebetulan jam les athala berakhir pada pukul 15.40 WIB (Sudah lewat ashar).

Saat selesai, anak-anak yang lain langsung berhamburan keluar dan bergegas pulang. Tapi athala tidak demikian, sambil menunggu sang ayah datang menjemputnya, dia bilang ingin numpang sholat ashar.

Sebelumnya aku tidak tahu, karena aku berada di kamar mandi untuk berwudhu, setelah selesai, dan membuka pintu, ku dapati athala menunggu untuk masuk ke kamar mandi. Lalu aku masuk ke ruang sholat dan menggelar satu sajadah dalam posisi potrait.

Selagi ku pakai mukenaku, ternyata athala masuk untuk sholat, dan kupersilahkan dia sholat terlebih dahulu. Sambil menunggu athala selesai, kuperhatikan gerakan demi gerakan sholatnya. Tak sadar butiran air mataku jatuh meski sedikit.

Meski athala belum baligh, tapi dia sudah melaksanakan sebuah kewajiban untuk beribadah. Cobalah kita telisik diri kita lebih dalam, saat kita sudah baligh, masih adakah kewajiban ibadah yang kita tinggalkan? Jika iya, tidakkah kamu malu dengan sosok athala? Kamu yang mengaku pintar, dewasa, bisa ini dan itu, kalah dengan seorang anak yang masih kecil dan polos? Yang pastinya tak sehebat dirimu. Lalu kau kemanakan pengetahuanmu itu? Kemana kedewasaan yang selalu kau banggakan? Kemana?

Renungkanlah...
Jangan sampai jauhnya usia kita dari masa anak-anak malah membuat kita semakin jauh dari Allah. Justru semakin dewasa kita harus semakin dekat dan dekat. Semakin dewasa banyak kebutuhan, banyak permintaan. Kita butuh Allah, sangat butuh! Karena kemampuan manusia terbatas untuk memenuhi kebutuhan kita, tapi Allah Maha segalanya.

Berjanjilah, perjuangkanlah sholatmu. Sholat harga mati. Tak bisa ditawar-tawar. Jadikanlah itu sebagai tolak ukur kebahagiaanmu. Tak sholat, tak bahagia. Tak sholat, tak ada doa yang jadi nyata. Tak sholat, tak ada surga.

Pengingat keras untukku,
@dwihandafirdaus

posted from Bloggeroid

Share:

Selasa, 23 Agustus 2016

Pasti Mampu, Ada Allah



Bukan kita yang ga mampu, tapi kitanya aja yang gak mau.

Ada yang terlalu dimanja sama keadaan.

Ada yang nyerah sama keadaan.

Ada yang nuntut orang buat begini begitu.

Ada yang males stadium akut.

Ada yang ngerasa bukan siapa-siapa.

Ada yang ngerasa kalo orang-orang udah cukup.

Ada yang mentingin diri sendiri.

Ada yang mentingin orang lain sampe lupa diri.

Lalu bagaimana?
1) Kita harus tau kemampuan diri sendiri, jadi gak terlalu maksain buat ngelakuin ini itu kalo pada akhirnya bikin diri 'kesusahan'

2) Eits...jangan salah paham dengan point ke satu ya. Jangan bilang "Ah gue mah gak bisa, yaudah pasrah aja..." gak, bukan gitu. Maksud dari poin satu adalah gimana cara kita sadar kemampuan diri buat nolong orang lain, jadinya gak bikin orang lain kecewa kalo kita gak bisa nolong, satu penolakan di awal lebih baik daripada seribu alasan di belakangnya.

3. Yang namanya manfaat, sekecil apapun itu, kalo berguna buat orang lain, yah tetep aja bermanfaat. Jadi kebaikan buat yang ngelakuin. Jadi jangan ragu.

4) Maksain sama berusaha itu beda. Kalo maksain dia udah tau kemampuan dia gak bisa, tapi tetep diterjang. Kalo usaha ya dia tau kalo dia bisa. (Di sini bener-bener harus tau kemampuan diri dan ngilangin rasa males)

5) Yang mau In syaa Allah mampu, yang mampu tapi gak mau ampe kapan juga gak bakal jadi action. Ya contohnya aja, kalo kita bisa naik motor, tapi kaga dinaikin itu motor, ya gak bakal jalan. Tapi kalo kita gak bisa naik motor, terus belajar, mau jatoh nyuruk segala macem pasti ujungnya bisa aja.

Jangan sampe kebaikan-kebaikan yang harusnya jadi milik kita, tapi udah jadi milik orang lain gara-gara kita gak mau dan males. Jadinya RUGI! Padahal hidup di dunia cuma sementara, kalo gak buat ibadah, dan ngelakuin kebaikan, terus mau ngapain?

Hard reminder buat saya.

posted from Bloggeroid

Share:

Kamis, 18 Agustus 2016

Pasti Dibayar!



Sama manusia aja percaya, masa sama yang ciptain manusia gak percaya?

Sama manusia aja gampang bilang yes tanpa ragu, masa sama yang ciptain manusia masih ragu?

Sama manusia aja nurut, masa sama yang ciptain manusia gak nurut?

Sama manusia aja usaha mati-matian, masa sama yang ciptain manusia usaha ala kadarnya?

Emang kadang 'bayarannya' itu gak langsung dikasih cash sama Allah, bisa Allah cicil, bisa juga Allah simpenin di tabungan akhirat atas nama kamu.

Percaya deh! Pasti di bayar kok!

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ ؕ
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
[QS. Az-Zalzalah: Ayat 7]

اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[QS. Al-Mursalat: Ayat 44]

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.
[QS. Al-Hadid: Ayat 18]

هَلْ جَزَآءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُ ۚ
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).
[QS. Ar-Rahman: Ayat 60]

وَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.
[QS. Al-Jasiyah: Ayat 22]

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 17 Agustus 2016

Catatan di Hari Kemerdekaan



Inilah yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan negaraku!

Seandainya mereka hidup untuk dirinya sendiri, seandainya mereka hidup dengan rasa tak peduli, dapatkah kau nikmati kebebasan hari ini?

Lelah? iya...mereka lelah. Bahkan sangat lelah. Bukan hanya lelah fisik, tapi lelah hati dan juga pikiran.

Kebaikan demi kebaikan mereka lakukan, tanpa ada rasa pamrih yang mereka harapkan, karena mereka tahu, melakukan kebaikan adalah perintah Tuhan.

وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۖ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
[QS. Al-Baqarah: Ayat 195]

Bukan, bukan hanya untuk mereka berjuang di medan perang.

Bukan, bukan hanya untuk mereka yang setiap hari mendidik murid-muridnya.

Bukan, bukan hanya untuk mereka yang mengais rezeki demi menafkahkan keluarganya.

Bukan, bukan hanya untuk mereka yang sekuat tenaga mewujudkan mimpinya untuk membangun bangsa.

Pahlawan adalah untuk semua, yang mengabdikan diri tak hanya untuk dirinya, yang di dalam doa-doanya juga terukir nama-nama orang lain.

Terima kasih kepada seluruh pahlawanku. Pahlawan negeri ini. Pahlawan Agama Allah.

Jangan kau pikir dengan kau berfokus pada dirimu sendiri, bersantai, itu akan membuatmu besar, ternyata itu salah. Karena mereka...para pahlawan, lelah lah yang telah membesarkannya. Itu nyata. Itu terbukti.

Aku takut kata selamat tak bermanfaat untukmu, maka izinkan aku untuk menyebut namamu di dalam doaku.

Jakarta, 17 Agustus 2016.
Di dalam renungan, 08.35 WIB.

posted from Bloggeroid

Share:

Selasa, 16 Agustus 2016

Salah Siapa?



Satu persatu anak tali mulai terlepas, entah karena tarikan yang begitu kuat ataukah anak tali itu yang rapuh, ataukah beban yang terlalu berat. Saat simpul-simpul kembali menjadi satu tali yang lurus. Tak ada bentuk lagi. Suasana berubah menjadi haru biru. Memporak-porandakan ruang hati yang memang sudah tak tertata. Mencari jawaban yang tidak diketahui apakah ada atau tidak, ataukah tersembunyi karena sengaja disembunyikan? Malaikat dan setan pun berdebat mempengaruhi isi hati. Tentang apa yang sebenarnya terjadi pada sebuah tali. Hati dan pikiran yang mulai tidak serasi. Lalu siapakah yang bertanggung jawab atas tali yang tak mampu membawa beban lagi?

posted from Bloggeroid

Share:

Rabu, 10 Agustus 2016

Belajar dari Mesin Cuci

Assalamu'alaykum temen-temen semuaaaaa...udah lama kayaknya saya ga posting #dwihandailystory lagi ya...😊nah buat temen-temen yang belum tau apa itu #dwihandailystory, ini dia:

#dwihandailystory adalah kisah atau cerita yang diangkat dari kehidupan/kejadian yang dialami oleh saya sendiri, yang In syaa Allah, ada hikmah atau manfaatnya😊

Nah kali ini saya mau cerita tentang 'Belajar dari Mesin Cuci' langsung aja yaaa...

Sekitar 2 minggu yang lalu, Alhamdulillah kakak dapet rezeki, dan akhirnya mama dibeliin mesin cuci. Selama ini, saya kalo cuci baju ya biasa, pake sikat sama papan gilesan. Nah karena udah ada mesin cuci, akhirnya saya mulai nyoba. Sebelumnya saya belum pernah pake mesin cuci yang dua tabung, (cuci + ngeringin). Kalo yang satu tabung udah pernah di mushola sekolah.

Singkat cerita, abis pakaiannya di cuci, kan mau dikeringin tuh. Kan saya belum bisa banget, ya saya pikir sama aja makenya, tinggal masukin bajunya terus puter deh tombolnya. Bajunya lumayan banyak jadi harus beberapa kali ngeringin.

Nah pas awal-awal ngeringin itu semuanya normal-normal aja, ga ada yang aneh, dan ngomong dalem hati "Yes bisa make mesin cuci..." abis itu saya masukin lagi kan baju yang masih basah buat dikeringin, pas muter awal sih gak kenapa-kenapa, pas di tengah-tengahnya...

"Gubrak...gubrak...gubrak..." muncul suara keras dari dalam tabung pengeringnya, keras banget! Sampe itu mesin cuci geser bergerak. Akhirnya saya off-in langsung, dan akhirnya berhenti meski dengan suara yang keras dan bikin takut.

Karena saking kerasnya itu suara, sampe tetangga depan rumah masuk dan nanya "Kenapa dek..?" saya bilang, "Engga tau tiba-tiba begini..." akhirnya tabung pengeringnya dibuka sama tetangga saya itu dan di cek. Dan tetangga saya bilang, "Pantes aja...ini masalahnya karena gak seimbang dek, posisi kanan dan kiri, maksudnya saat masukin baju, pastikan udah seimbang, kalo ngga, saat mesin berputar kencang, tabung pengeringnya menyentuh badan mesin, ya akhirnya timbul suara kayak tadi..."

Setelah di jelasin kaya gitu, saya akhirnya ngerti, dan Alhamdulillah semenjak saat itu udah belajar dan gak ada suara menggelegar lagi. Tapi beberapa hari kemudian saya berpikir, gak tau kenapa saya mikir ini, dan bener aja, setiap kejadian itu ada hikmahnya...

Ini yang saya pikirkan:
"Mesin cuci ini kan benda, saat ia di operasikan gak seimbang, berat sebelah, liat aja akibat yang ditimbulinnya..."

"Lalu bisakah kita bayangkan, saat manusia menjalani hidupnya dengan berat sebelah, saat lebih cinta sama dunia dari pada akhirat, kira-kira kehancuran seperti apa yang akan terjadi?"

posted from Bloggeroid

Share: