Senin, 30 Januari 2017

Jangan Pernah Berubah

Waktu bergulir cepat tanpa permisi. Meninggalkan bekas ingatan atas setiap kenangan. Kisah yang kini tak seindah dulu memaksaku untuk membawa ingatanku kembali kepada hampir setengah dekade lalu.

Pada masa itu, ku miliki banyak teman, yang ku anggap 'sejalan' denganku. Beberapa bocah yang mencoba taat kepada Rabb semesta alam, meski belum sempurna, hingga tertatih, tapi tidak berhenti.

Pedih dikhianati oleh bermacam orang yang terambisi mendapatkan nilai tinggi hanya pada selembar kertas. Bak diasingi karena berbeda haluan, anak kandung yang dianak tirikan, dan setiap jengkal ujian yang kita telah lalui tanpa meninggalkan.

Masih teringat jelas masa-masa putih itu. Masa di mana aku mengagumi semua elok rupa dan perangaimu. Ada yang pernah ku jadikan jadikan guru atas lemahnya ilmu akademik yang aku miliki, ada yang pernah ku jadikan partner dalam setiap lomba islami, ada yang pernah menjadi sandaran atas lemahku menahan tangis.

Ketika masa remaja itu telah pergi secara resmi. Tak ada lagi seragam yang bisa ku kenakan setiap hari sekolah. Kami yang terbiasa bersama perlahan menjauh karena kesibukan diri pribadi. Mungkin lebih tepatnya, sibuk untuk mewujudkan mimpi.

Denting waktu terus bergulir, sejenak ku palingkan wajahku dari hiruk pikuk dunia nyata yang aku jalani. Aku mencoba menoleh kepada mereka yang dahulu bersama ku, hingga kini meski tak semuanya, tapi ada yang berubah, tak sama lagi.

Aku merindukan mereka yang sendiri dalam taat nya. Mereka yang sangat menjaga. Aku merindukan lantunan ayat indah yang juga kau amalkan dalam kehidupan. Tak hanya itu, aku pun merindukan saat kita berlomba mendapatkan hadiah. Entah aku lupa apa itu. Aku merindukan raut wajahmu saat takut karena hijabmu terlalu pendek. Aku merindukan semuanya wahai kamu yang telah menjadi seperti saudaraku.

Pada hari ini ku lihat kebiasaan yang berbeda, seperti bukan kamu. Ku lihat kini kamu bersama seorang hawa yang belum menjadi kekasih halalmu. Ku lihat kini kamu bersama seorang adam yang datang dari masa lalumu. Kini tak lagi ku lihat hijab panjang itu. Kini tak lagi ku lihat ada bros warna warni di dekat pundakmu. Semuanya telah berubah.

Ke mana kamu pergi? Tidak rindukah dirimu untuk pulang? Aku takut Allah marah kepadamu. Aku takut Allah mengunci hatimu dari kebenaran yang telah ditutupi oleh syaitan melalui hawa nafsumu itu.

Jikalau aku menyampaikan kebenaran kepadamu, apakah kamu akan membenciku? Karena yang akan aku katakan ini akan menjauhkanmu dari dia yang kamu cintai. Karena yang akan aku katakan ini akan membuatmu menggunakan kain menjulur dan bros cantik itu lagi. Semua yang akan ku sampaikan pasti mengusik rasa nyamanmu. Maukah kamu mendengarkan ku?

Kamu pasti tahu bahwa aku bukanlah orang baik, aku hanya orang yang dahulu bersamamu menapaki jalan menuju terang. Tapi kamu meninggalkanku dengan berbalik arah ataupun pergi ke arah yang lain. Aku masih di sini, menunggu kamu kembali, untuk melanjutkan perjalanan kita, jalan yang penuh suka dan duka tapi kita telah terbiasa dengannya.

Bukan! Ini bukan salahmu sepenuhnya! Ini juga salahku. Aku yang mungkin terlalu asik berjalan hingga aku tak sadar dengan kamu yang tertinggal. Kamu yang lelah, yang tak ku semangati. Kamu yang menyerah tanpa ku pernah ajak tuk bangun kembali.

Mungkin saja namamu pernah luput dari deretan doaku. Hingga aku lupa meminta kepada Sang Pemilik hati tuk membuka dan tetapkan hatimu dalam kebenaran dan kebaikan. Mungkin saja aku pernah hanya menasehati tapi tak memberikan teladan. Mungkin saja aku menginginkan kamu kembali, tapi tak berusaha membuka pintu komunikasi.

Kini, maukah kamu kembali dan bersamaku menapaki jalan terang itu lagi?

posted from Bloggeroid

Share:

0 komentar:

Posting Komentar