Rabu, 12 Oktober 2016

Realitas Lebih Besar dari Sebuah Kotak Berkaca

Hari ini kita belajar, bagaimana suatu generasi telah terbentuk dan semua pergaulan anda ditentukan oleh sebuah kotak pintar (hp). Sedangkan generasi saya adalah generasi yang dibesarkan oleh tatap muka. Semua urusan harus kita selesaikan dengan datang ke tempatnya dan bertemu dengan orang-orang yang kita hadapi.

Di belakang kita, sebuah jalan berliku telah kita lewati, sebuah generasi realitas yang kini tengah menjadi pendatang baru di dunia digital, tengah terseok-seok menatap masa depan baru.

Kami, guru-gurumu, di balik gerbang virtualitas itu mencoba memahamimu dari realitas yang tengah kau jalani. Kalianlah pribumi di dunia maya yang tak begitu kami kenal, dari kalianlah kami belajar tentang seluk beluk dunia digital. Kami terkejut menanggapi pesan-pesan dan kejadian di dunia maya, karena itu memang bukan dunia kami.

Tetapi sebaliknya, kalian terkejut-kejut keluar dari dunia maya, lalu bertempur dalam dunia realitas. Realitas itu bukan hanya selebar kaca di hadapanmu, sebab yang pintar itu, katanya, hanyalah ponselmu, smartphone, but not people.

Hari-hari ini kita tengah menapaki jalan perubahan yang panjang dan berliku, yang artinya kita harus siapp berkorban lagi keluar dari zona nyaman dari kehidupan berfoya-foya, menenggak barangkali termasuk subsidi menjadi sebuah gerakan kesejahteraan yang jauh lebih adil. Seimbang dari barat ke timur, dan adil hingga ke pedalaman Kalimantan.

Ilmu kita bisa pakai untuk membuat banyak hal yang bermanfaat, tetapi kita harus bersatu, bahu-membahu. Jangan biarkan dirimu terkoyak dibakar api kebencian oleh orang-orang yang bersembunyi di dunia maya. Sebab, itu bukan realitas.

-Rhenald Kasali dalam Mata Najwa Edisi Habibie dan Suara Anak Bangsa-

posted from Bloggeroid

Share:

0 komentar:

Posting Komentar