
"Ngemis emang halal, tapi gak berkah, karena kita ga pernah tau orang yang ngasih itu ikhlas apa nggak, jadi saya lebih baik mulung."
.
Itulah sepenggal perkataan dari ibu sumi (nama aslinya saya lupa) beliau adalah seorang pemulung, begitu pun dengan suaminya yang mempunyai pekerjaan yang sama.
.
Usianya tak muda lagi, sekitar 50-60 tahun. Setiap hari beliau dan suaminya berkeliling mencari barang-barang bekas untuk dijual. Dengan kondisi fisik yang sudah renta, ibu sumi tetap semangat mencari uang, meski yang beliau dapatkan tak sebanding dengan keringat dan rasa lelah yang dirasa. Ya! Setiap hari ibu sumi hanya mendapatkan uang 20.000 rupiah dari hasil penjualan barang bekas, itu pun jika kondisi cuaca yang baik, jika hujan, ibu sumi hanya dapat 15.000 ribu saja.
.
Bu sumi bercerita sewaktu beliau baru mempunyai seorang anak, ketika baru lahir, anaknya dibesarkan di bawah jembatan. Karena beliau tidak punya rumah. Waktu pun bergulir, anaknya mulai dewasa, bu sumi memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah yang kecil, cukup untuk tiga orang. Beliau berkata: "Saya tak ingin anak saya malu, tinggal di kolong jembatan, saya tak mau anak saya diejek oleh teman-temannya."
.
Ketika anaknya masih kecil, beliau harus bergantian menjaga anak, beliau bilang: "Kalau saya yang jalan mulung, suami saya yang ngemong anak, kalo suami saya yang jalan mulung, gantian saya yang ngemong."
.
Ternyata pekerjaan mulung sungguh melelahkan, suami ibu sumi mulai sakit karena kelelahan, terutama pada bagian kaki, sering sekali terasa sakit. Sekian lama suami ibu sumi sakit, pada akhirnya meninggal dunia, dan kini, ibu sumi membesarkan anaknya seorang diri.
.
Bu sumi yang tangguh membesarkan anaknya dengan tangannya sendiri, memberikan tempat tinggal, menyekolahkan, memberi makan, hingga anaknya kini berusia sekitar 15 tahun.
.
Meski seorang pemulung, ibu sumi sekuat tenaga menjadikan anaknya agar tidak seperti dirinya, agar anaknya punya masa depan yang lebih baik. Bu sumi berkata: "Meski mulung itu halal, tapi tetap saja itu pekerjaan jelek. Saya gak mau anak saya jadi pemulung juga seperti saya."
.
"Anak itu amanah, titipan Allah, harus kita jaga, kita kasih pendidikan." sambung bu sumi
.
Benarlah apa yang dilakukan bu sumi, karena salah satu cara untuk memutuskan rantai kemiskinan adalah melalui pendidikan. Banyak orang miskin dikarenakan mereka menerima nasib. Coba saja jika kita berusaha, sebagai orangtua, berusaha agar anak kita tidak seperti kita, dan bagi anak, tak boleh putus asa meski memiliki banyak keterbatasan. Yakinlah bahwa pendidikan dapat merubah nasib kita! Semangat!
.
Jkt, 18-1-2016
-dhfrds-
posted from Bloggeroid
0 komentar:
Posting Komentar