
"Kalo mandi biasanya kamu butuh waktu berapa menit? Kira-kira berapa banyak air yang udah kamu pake? Masih suka ga peduli kalo liat air yang keluberan dan terbuang gitu aja?"
Itulah pertanyaan yang seketika saya ajukan kepada diri saya saat melihat video saudara kita di daerah Sumba Timur. Entah betapa terlalu sibuknya diri ini dengan berbagai urusan hingga masih ada saja yang luput dari pandangan.
Ya! Mereka, saudara kita yang seakan terlupakan. Yang kehidupannya sangat berbanding terbalik dengan kehidupan kita sebagai penghuni Ibu Kota sebuah negara kepulauan terbesar di dunia.
Coba letakkan lah sejenak segala urusan pribadi kita, coba tengok mereka yang di sana. Tak akan lama, sebentar saja. Untuk pastikan bahwa hati kita masih hidup, karena banyak di antara kita, raganya hidup, tapi hatinya mati. Jangankan untuk menolong, untuk mengetahui pun tak sudi.
Tahukah kamu? Bahwa di daerah sumba timur, 70% daerahnya adalah karang. Keadaan itu yang membuat mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Letak sumber air sangatlah jauh.
Dua Puluh Kilometer! Ya! Jarak yang sebanding dari Stasiun Manggarai (Jakarta Selatan) ke Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta Timur). Itulah yang harus mereka tempuh hanya untuk mendapatkan air. Itu pun tak seberapa, hanya satu atau dua ember saja.
Kalo di Jakarta mah enak, jalanannya aspal semua, 30 menit juga sampai, bisa naik motor, mobil, angkot, dll. Lah kalo di sana? Bebatuan, hutan, licin. Gak bisa pakai kendaraan, harus jalan kaki, paling bagus cuma bisa naik kuda, itu pun gak semua orang di sana punya kuda.
Butuh waktu berjam-jam untuk menempuh perjalanan mendapatkan air itu. Pergi pagi, pulang siang, pergi siang, pulang sore. Begitu seterusnya. Tak jarang anak-anak pun membantu orangtuanya untuk mengambil air, dengan harapan bisa mendapatkan air lebih banyak untuk kebutuhan mereka.
Apakah kamu juga tahu? Seringkali mereka tidak berangkat ke sekolah, karena mengambil air butuh waktu yang lama. Hingga jika mereka berangkat di waktu pagi, mereka kembali ketika jam sekolah telah usai. Alhasil, sangat sangat sangat terlambat untuk sekolah.
Sudahkah hatimu tergerak? Bisa bayangkan bagaimana menjadi mereka? Haha...pasti sulit merasakan seperti itu, kita air tinggal muter, gak perlu susah-susah. Paling susah nimba sumur, itu pun paling jauh di depan halaman rumah, dan udah jarang banget yang pake sumur di zaman sekarang.
Inilah sedikit ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Negara kita tercinta. Di mana di pusat kota segalanya serba ada, serba mudah. Sementara di daerah yang lain, bak gelap gulita, kekurangan apa-apa. Bahkan untuk sesuatu yang wajib ada bagi penduduk Ibukota, ternyata masih ada saja orang yang sulit untuk mendapatkannya.
Sebuah tugas penting untuk pemerintah meratakan pembangunan di negara ini. Agar semua bisa mendapatkan hak mereka. Merasakan yang sama. Infrastruktur yang baik pasti sedikit banyak menjadikan kehidupan masyarakatnya lebih layak dan lebih baik.
Tidak hanya mengandalkan pemerintah saja, tapi kita pun harus turun tangan untuk ambil peran. Ini bukan tentang tugas siapa. Tapi tentang kepedulian. Karena kita manusia, punya hati, dan hati yang hidup tak kan berhenti untuk peduli.
Jkt, 19-10-2016
@dwihandafirdaus dalam #supermentor16
posted from Bloggeroid
0 komentar:
Posting Komentar