Banyak manusia serasa sendiri
Banyak telinga seakan tuli
Banyak hati seperti mati
Satu Allah tapi selalu menemani
Berjuta kata selalu berakhir bungkam
Ditawan oleh mulut yang selalu gagap
Suara hati terpenjara di sudut kecil
Menunggu kesempatan berkelana namun itu hanya mimpi
Ada yang seperti benda di sana sini
Padahal ia lebih berakal dari sapi
Entah mengapa begitu menyayat hati
Sudah tahu tapi tak peduli
Pikiran tak punya jalan
Hati pun nasibnya tak jauh berbeda
Sedang untaian kata bak terbuang
Maka diam selalu jadi pilihan
Lapak demu lapak telah terisi
Oleh yang mempunyai egois tinggi
Tak ada tempat lagi
Tuk tumpahkan yang terpendam tanpa durasi
Pikiran tak punya teman
Hingga hati membujuk untuk bermain bersama
Berusaha menghibur satu sama lain
Meski kadang ada tangis berlapis senyum
Mereka mengadu pada Sang Pencipta
Tentang apa yang dirasakan sejak lama
Meski dengan mulut terkunci
Tapi yakin bahwa Penciptanya tak pernah tuli
Banyak telinga seakan tuli
Banyak hati seperti mati
Satu Allah tapi selalu menemani
Berjuta kata selalu berakhir bungkam
Ditawan oleh mulut yang selalu gagap
Suara hati terpenjara di sudut kecil
Menunggu kesempatan berkelana namun itu hanya mimpi
Ada yang seperti benda di sana sini
Padahal ia lebih berakal dari sapi
Entah mengapa begitu menyayat hati
Sudah tahu tapi tak peduli
Pikiran tak punya jalan
Hati pun nasibnya tak jauh berbeda
Sedang untaian kata bak terbuang
Maka diam selalu jadi pilihan
Lapak demu lapak telah terisi
Oleh yang mempunyai egois tinggi
Tak ada tempat lagi
Tuk tumpahkan yang terpendam tanpa durasi
Pikiran tak punya teman
Hingga hati membujuk untuk bermain bersama
Berusaha menghibur satu sama lain
Meski kadang ada tangis berlapis senyum
Mereka mengadu pada Sang Pencipta
Tentang apa yang dirasakan sejak lama
Meski dengan mulut terkunci
Tapi yakin bahwa Penciptanya tak pernah tuli
posted from Bloggeroid
0 komentar:
Posting Komentar