
Namanya Athala. Kelas 6 SD. Dia adalah salah satu muridku. Kebetulan jam les athala berakhir pada pukul 15.40 WIB (Sudah lewat ashar).
Saat selesai, anak-anak yang lain langsung berhamburan keluar dan bergegas pulang. Tapi athala tidak demikian, sambil menunggu sang ayah datang menjemputnya, dia bilang ingin numpang sholat ashar.
Sebelumnya aku tidak tahu, karena aku berada di kamar mandi untuk berwudhu, setelah selesai, dan membuka pintu, ku dapati athala menunggu untuk masuk ke kamar mandi. Lalu aku masuk ke ruang sholat dan menggelar satu sajadah dalam posisi potrait.
Selagi ku pakai mukenaku, ternyata athala masuk untuk sholat, dan kupersilahkan dia sholat terlebih dahulu. Sambil menunggu athala selesai, kuperhatikan gerakan demi gerakan sholatnya. Tak sadar butiran air mataku jatuh meski sedikit.
Meski athala belum baligh, tapi dia sudah melaksanakan sebuah kewajiban untuk beribadah. Cobalah kita telisik diri kita lebih dalam, saat kita sudah baligh, masih adakah kewajiban ibadah yang kita tinggalkan? Jika iya, tidakkah kamu malu dengan sosok athala? Kamu yang mengaku pintar, dewasa, bisa ini dan itu, kalah dengan seorang anak yang masih kecil dan polos? Yang pastinya tak sehebat dirimu. Lalu kau kemanakan pengetahuanmu itu? Kemana kedewasaan yang selalu kau banggakan? Kemana?
Renungkanlah...
Jangan sampai jauhnya usia kita dari masa anak-anak malah membuat kita semakin jauh dari Allah. Justru semakin dewasa kita harus semakin dekat dan dekat. Semakin dewasa banyak kebutuhan, banyak permintaan. Kita butuh Allah, sangat butuh! Karena kemampuan manusia terbatas untuk memenuhi kebutuhan kita, tapi Allah Maha segalanya.
Berjanjilah, perjuangkanlah sholatmu. Sholat harga mati. Tak bisa ditawar-tawar. Jadikanlah itu sebagai tolak ukur kebahagiaanmu. Tak sholat, tak bahagia. Tak sholat, tak ada doa yang jadi nyata. Tak sholat, tak ada surga.
Pengingat keras untukku,
@dwihandafirdaus
posted from Bloggeroid
0 komentar:
Posting Komentar