Minggu, 04 Oktober 2015

WAH ANGKER! (Angkot vs Kereta)

TEETTT…TEETTT…TEETTT!!! Bel tanda pulang sekolah berbunyi dengan nyaring, suara yang aku tunggu-tunggu itu akhirnya terdengar  juga. Akupun segera bergegas merapihkan buku-buku dan alat tulisku. Dengan langkah penuh semangat aku menuruni tangga demi tangga, ya, karena kelasku berada di lantai 3. Setelah melewati gerbang sekolah, ternyata angkot yang akan membawaku ke rumah sudah menunggu. Aku pun menaikinya. Setelah supir angkot merasa bahwa angkotnya sudah penuh, maka sang sopirpun menjalankan armadanya. 10 menit telah berlalu, tidak terasa aku akan segera sampai di bawah jembatan tempat biasa aku turun, akupun segera mengambil uang dari saku bajuku, dan ternyata tidak kutemukan uang sepeserpun.
“Hah?! Kok uangnya tidak ada? Aduh bagaimana cara aku membayar ongkos angkotnya nih?”
Tanpa sengaja seorang remaja laki-laki yang berada di sampingku mendengar apa yang aku ucapkan tadi, lalu ia bertanya…
“Tadi aku sempat mendengar sedikit yang kamu ucapkan, uangmu hilang?”
“Ehm…tadi pas di sekolah ada kok. Mungkin terjatusaat aku terburu-buru membayar siomay yang tadi aku beli”
“Yasudah, pakai uangku saja”
“Yang benar?”
“Iya benar, tidak apa-apa kok.
“Hmm…Terimakasih ya”
Tidak terasa angkotpun sudah berhenti di jembatan tempat biasa aku turun, dan akupun segera menuruni angkot dan membayar ongkos dengan uang yang diberikan oleh remaja laki-laki tadi.
Hari sabtu yang melelahkan, pukul 7 malam aku baru selesai membuat tugas video perbandingan kebersihan di daerah Ibukota dan di daerah Depok, Jawa Barat. Setelah membeli tiket dan mengetahui kereta yang akan membawaku kembali ke Jakarta akan tiba sebentar lagi, akupun segera berlari menuju peron tempat kereta itu akan berhenti. Beruntunglah aku tiba tepat ketika kereta di berhenti di peron nomor 1. Dengan nafas yang terengah-engah akupun segera memasuki kereta itu dan meletakkan badanku di kursi yang masih kosong. Suasana tampak ramai dengan riuh-rendahnya pedagang asongan yang berlalu lalang menjajakan barang dagangannya. Karena merasa lelah, matakupun terpejam tidak lama setalah aku menaiki kereta kelas ekonomi itu. Baru beberapa menit mataku terpejam, akupun terkejut karena ada air bercampur es yang membasahi badanku, setelah aku membuka mata, terdapat seorang ibu yang sedang menggendong anaknya lalu ia berkata:
“Duh, maaf ya dik, tadi anak saya menangis terus minta di belikan mainan, karena tidak saya belikan makanya dia ngambek lalu membuang es teh yang ia pegang, gara-gara anak saya baju kamu jadi basah begini deh”
“Iya tidak apa-apa bu, namanya juga anak-anak, maklum saja”
“Sekali lagi ibu minta maaf ya”
“Iya bu”
Karena kejadian ketumpahan es tadi, aku hampir lupa bahwa aku sudah sampai di stasiun yang aku tuju, Akupun segera melangkahkan kakiku keluar kereta. Ternyata kereta tersebut berhenti lumayan lama dan aku bersama penumpang lainnya harus menunggu karena jalan menuju pintu keluar terhalang oleh kereta tersebut, karena lamanya menunggu, seorang bapak pun kesal dan berkata:
“Lama sekali sih berhentinya, kan jadi tidak bisa lewat!”
Lalu pedagang asonganpun memberikan saran
“Kalau tidak mau lama, lompati saja. Masuk ke keretanya lalu keluar di pintu seberang, atau jalan saja sampai kepala kereta, lalu bapak bisa langsung sampai di peron seberang”
Karena aku merasa sangat lelah dan ingin segera sampai di rumah, akupun terpengaruh untuk mengikuti saran dari pedagang asongan tersebut
“Hmm…kalau aku berjalan sampai kepala kereta, pasti jauh dan aku takut apalagi ini sudah larut malam, lebih baik aku lompati saja dan keluar di pintu seberang, jaraknya lebih dekat”
Dengan tekad yang bulat aku segera menaiki kereta tersebut. Karena sangat ramai, akupun berdesak-desakan menuju pintu seberang, belum sampai di pintu seberang tiba-tiba kereta itu bergerak dan berjalan perlahan dan rasa panikpun langsung menghampiriku
“Lah kok keretanya jalan?Aduh bagaimana ini? Aku bisa terbawa ke stasiun selanjutnya”
Dan penumpang yang berada di dalam kereta itu berkata:
“Lompat saja dik, mumpung keretanya masih berjalan pelan…Ayo cepat!”
Tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu, aku takut terjatuh.
Dengan perasaan yang campur aduk, akhirnya aku memutuskan untukberada di kereta itu sampai stasiun selanjutnya lalu menaiki angkot untukmenuju ke rumah.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar