Minggu, 04 Oktober 2015

DIMANA RASA SYUKURKU?

Ini kejadian yang saya lihat hari jumat lalu. Ketika saya mendapat tugas untuk berkunjung ke konsultan pajak atas perusaahaan tempat saya bekerja, karena letak tempat tujuan cukup lumayan jauh dari kantor saya, seperti dari ujung ke ujung, akhirnya saya coba putuskan untuk memakai jasa ojek online, untuk menghemat waktu. Setelah memesan dan menunggu beberapa saat, ojek online tak kunjung datang, karena waktu telah menunjukkan pukul satu siang, bergegeaslah saya mencari alternatif lain, yaitu dengan menaiki bus transjakarta. Singkat cerita, sampailah saya di depan sebuah bank untuk menunggu jemputan menuju lokasi (karena saya tidak tahu persis letak kantor konsultan pajaknya). Matahari terasa sangat panas waktu itu, hingga saya melipir ke dekat pohon tak jauh dari parkiran mobil bank tersebut. Tak berselang berapa lama, tiba-tiba dari arah parkiran bank keluar dengan berlari seorang laki-laki sekitar umur 20 tahun, tinggi sekitar 165cm, tanpa beralas kaki, baju yang tak layak dan kotor, serta rambut yang nampak tak terurus sekian lama. Dia berlari sambil menggendong adiknya yang kira-kira umurnya tak beda jauh, ciri-cirinya hampir sama dengan kakaknya. Saya pun terheran dan berkata dalam hati, "Itu ngapain orang keluar dari bank, lari-lari ketakutan?apa mereka pencuri?". Dugaan itu diperkuat dengan adanya satpam yang keluar dari arah bank dan berbicara sendiri dengan menoleh ke arah laki-laki yang tadi berlari. "Eh kenapa itu lari?. Tak berselang beberapa lama, orang yang menjemput saya pun datang, ketika saya hendak menaiki motor jemputan saya, munculah mobil satpol pp dari arah lampu merah sebelah bank, tak ada hal yang terlintas dalam pikiran saya waktu itu, Setelah menaiki motor dan berjalan beberapa meter dari lokasi awal, saya melihat mobil satpol pp itu berhenti, memasuki sebuah angkot yang sedang ngetem di bahu jalan, dan memaksa dua orang yang berada di dalam angkot itu untuk keluar. Betapa terkejutnya saya kala itu, ternyata orang yang dipaksa keluar itu adalah laki-laki dan adiknya yang tadi berlari keluar dari arah parkiran bank, entah mengapa, saat itu juga air mata tak sanggup saya tahan untuk tidak terjatuh, seakan ada yang menyayat hati. Laki-laki dan adik perempuannya berteriak-teriak, saya tak tahu apa yang mereka ucapkan, perkataannya samar, tapi ada dua kata yang sedikit banyak saya dengar, mereka bilang "tidak mau..." sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan pak satpol pp yang terus memaksa mereka masuk. Entah apa kesalahan yang mereka perbuat sampai harus "diangkut" seperti itu. Saya tidak tahu persis bagaimana akhirnya, karena motor yang saya tumpangi sudah berlalu. Semakin jauh saya berlalu, semakin deras pula air mata ini mengalir, bagai tanggul yang tak dapat lagi menanggung beban air bah, hati saya tersontak,  Bagaimana jika saya ada di posisi laki-laki dan adiknya tadi? harus mencicipi panasnya matahari untuk berkeliling mencari seribu-duaribu. Bagaimana jika saya ada di posisi mereka? dengan baju yang sobek dan usang, kotor, bahkan tanpa alas kaki. Bagaimana jika saya ada di posisi mereka? yang sulit menemukan rasa aman karena selalu dihantui ketakutan akan ditangkap oleh satpol pp?
Pada hari ini, Allah telah memberikan pelajaran melalui kehidupan, contoh sederhana yang sering ada di sekeliling kita. Betapa mahal dan berharganya sebuah rasa syukur, tentang sesuatu yang kita miliki, Kita sering berucap: "Seandainya saja saya seperti dia, punya ini dan itu..." tapi pernahkan kita berucap: "Alhamdulillah, saya punya ini..." karena tanpa kita sadari, nikmat yang kita miliki saat ini adalah sesuatu yang diimpikan oleh orang lain. Sampai tulisan ini, saya sadar dan bersyukur, karena Allah masih menitipkan nikmat nafas untuk mengakhiri cerita ini dengan tanda titik.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar