Alkisah, di sebuah daerah terpencil hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai dua orang anak. Kedua anak ini semuanya laki-laki dan sudah beranjak dewasa. Anak yang pertama bernama Hanif, dan anak kedua bernama Raihan. Setiap hari mereka membantu ayah dan ibunya yang bekerja di sebuah sawah milik seorang raja yang memerintah pada daerah tersebut. Mereka bertugas membawakan hasil panen ke lumbung dekat istana Sang Raja. Seusai mengantar semua hasil panen, mereka bergegas pulang, saat melewati gerbang istana, mereka melihat secarik kertas berisi pengumuman sebagai berikut:
"Untuk seluruh rakyatku,
Dahulu, aku pernah menyimpan sebuah peti berisi emas dan barang berharga lainnya yang aku tanam di samping pohon besar yang berada di hutan, dan aku mengadakan sayembara, bagi siapa saja yang bisa menemukan peti itu dan membawa seluruh isinya ke hadapanku, maka aku akan memberinya setengah dari isi peti itu, dan jika orang yang menemukan itu adalah perempuan, maka akan ku jadikan ia sebagai anak angkatku, jika orang itu adalah laki-laki, maka akan ku nikahkan ia dengan putri pertamaku. Tapi satu hal yang harus diingat, jalan menuju hutan itu tidaklah mudah, penuh rintangan, peti itu tak akan bisa dibawa karena sangat berat, kalian hanya bisa membukanya dan membawa seluruh isi itu ke hadapanku, dan peti itu tidak akan bisa terbuka dan perintah dariku."
Seusai membaca pengumuman tersebut, Hanif dan Raihan menuju rumah dengan banyaknya pemikiran di kepala mereka tentang sayembara tersebut. Masing-masing dari mereka ingin mengikuti sayembara dari sang raja, tapi mereka sepakat untuk tidak memberitahu satu sama lain.
Tanpa pikir panjang, saat malam tiba, Raihan langsung menuju hutan, mencoba untuk menemukan peti itu. Lain halnya dengan Hanif, ia duduk termenung sambil memikirkan cara-cara menuju hutan, membawa bekal, dan mencari jalan yang lebih cepat untuk tiba ke pohon besar itu. Saat ia rasa semuanya telah siap, Hanif teringat pada petikan pengumuman sayembara tersebut, yang mengatakan "peti itu tak akan bisa terbuka tanpa perintah dariku..."
Saat itu pula Hanif tahu, bahwa ia tidak bisa berangkat menuju hutan malam ini, karena ia juga harus mengajak Sang Raja untuk bisa membuka peti tersebut.
Matahari telah menampakkan diri, Hanif berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk datangi istana Raja. Sebelumnya ia telah memberitahu kalau ia ingin pergi ke hutan untuk ikut sayembara yang diadakan oleh Sang Raja. Setelah seluruh keperluan dan peta menuju hutan di bawanya, ia menuju ke istana. Sesampainya ia di istana, dengan segala hormat ia mengutarakan maksud kedatangannya yaitu mengajak Sang Raja pergi bersamanya, dan Raja pun bersedia.
Sang Raja telah mengetahui bahwa banyak sekali yang mengikuti sayembara ini, tapi tak seorang pun yang menyadari petikan terakhir dari pengumuman sayembara tersebut, mereka terlalu gegabah, tergiur dengan hadiah, hingga tak bisa berpikir lebih jernih. Ya, kecuali satu pemuda, yaitu Hanif.
Sejak malam itu, Raihan menyusuri jalan demi jalan menuju hutan, dan benar saja, jalan yang ditempuh amatlah jauh, sementara ia tak membawa bekal apapun, ia kelaparan. Tak berhenti di situ, Raihan juga berkali-kali tersesat karena gelapnya malam, terserang oleh hewan-hewan buas, dan bermacam rintangan lainnya.
Berbeda hal dengan Hanif, ia membawa segala keperluan mulai dari bekal makanan, penerangan, petunjuk jalan, dan lain-lain. Tenaganya selalu penuh karena perbekalan yang ia bawa sangatlah mencukupi, saat menghadapi hewan buas, Sang Raja membantunya, dan saat Hanif mengajak Sang Raja untuk melewati jalan yang telah ia pikirkan untuk sampai lebih cepat, tetapi Sang Raja malah menunjukkan jalan yang lebih cepat. Semuanya terasa mudah bersama Sang Raja.
Dengan waktu yang relatif singkat, akhirnya Hanif dan Sang Raja sampai di pohon besar di mana Sang Raja menanam peti itu, setelah di gali, Hanif mempersilahkan Raja untuk membuka peti itu. Dan benar saja, saat Raja memerintahkan "Bukalah, aku pemilikmu..." Seketika peti itu terbuka dengan mengeluarkan sinar yang menyilaukan pandangan Hanif.
Setelah memasukkan seluruh isi peti itu, Sang Raja berkata kepada Hanif:
"Sesungguhnya aku tak menyangka bahwa akan ada pemuda yang menyadari isi sayembara itu. Karena dari awal ku sampaikan sayembara itu, tak seorang pun yang datang untuk mengajakku pergi seperti dirimu."
Hanif hanya diam dan matanya berkaca-kaca, setelah semua emas dan barang siap untuk di bawa, Hanif dan Sang Raja segera kembali menuju istana. Tak berapa lama mereka berjalan, mereka melihat seorang pemuda yang nampak keletihan dengan baju yang sudah sobek dan kotor. Hanif mengenali pemuda itu yang lain tak bukan adalah adiknya, Raihan.
Hanif menanyakan mengapa Raihan bisa sampai di sini, karena Hanif tidak tahu bahkan kedua orangtuanya pun tidak tahu. Raihan menceritakan tujuan dan semua hal yang menimpanya. Raihan sangat menyesal karena pergi tanpa bekal, tanpa pamit dengan ayah ibunya, dengan gegabah, tak mengajak Sang Raja. Tujuan tak tercapai, di jalan pun kesusahan.
Akhirnya Hanif membawa adiknya pulang bersama Sang Raja. Sesampainya di istana, Raja menepati semua janjinya untuk memberikan sebagian isi peti itu kepada Hanif, dan menikahkan ia dengan putri pertamanya.
Dari cerita ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa:
1. Jangan takut untuk mempunyai impian besar, terlebih kita tahu bahwa Yang Maha Besar akan menemani kita.
2. Tak hanya dengan mimpi, tapi juga disertai dengan usaha seperti membuat rencana dan pastinya dengan tindakan nyata.
3. Minta restu dengan orangtua, karena dari merekalah pintu-pintu kemudahan akan semakin terbuka.
4. Berpikirlah secara visioner. Jangan terburu-buru, keberhasilan butuh proses.
5. Sadarilah bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah, tak bisa apa-apa tanpa Sang Raja Pencipta manusia. Allah Subhanahu wata'ala. Karena dengan Sang Raja, segalanya akan lebih mudah.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, 10 September 2016
Dwihanda Firdaus
posted from Bloggeroid