![]() |
source: google |
Kehidupan kampus memang selalu menarik untuk dibahas. Bukan hanya dari segi ketenaran kampus dan segala prestasi dan fasilitasnya saja. Tapi juga tentang interaksi mahasiswa di dalamnya. Saat kita memutuskan untuk memasuki gerbang pendidikan yang lebih tinggi, maka saat itu pula kita harus siap dengan segala perubahan yang akan kita hadapi. Mulai dari meningkatnya kapasitas ilmu, pendewasaan diri, perbaikan sikap, dan juga bertambahnya relasi baru. Berbicara mengenai relasi atau yang lebih mudahnya kita sebut sebagai kenalan atau teman, setiap individu punya cerita masing-masing atas setiap kuantitas dan kualitas relasi yang mereka bangun.
Dalam menjalani kehidupan kampus, pada umumnya teman terdekat adalah mereka yang berada di kelas yang sama dengan kita, Kita akan bertemu mereka dalam setiap jadwal mata kuliah yang telah ditetapkan. Berinteraksi dalam berbagai macam hal, mulai dari membicarakan tugas kampus diskusi saat mata kuliah, kegiatan di luar kampus, pekerjaan, dosen kece, dosen gak asik, atau paling sederhananya ngomongin gebetan baru. Tentu saja masih banyak hal yang bisa jadi topik pembicaraan para mahasiswa, bahkan sampai ke masalah pribadi sekalipun.
Untuk topik tertentu seperti menceritakan masalah pribadi, pastinya gak semua anak dalam satu kelas punya kesempatan untuk tahu mengenai hal itu. Dibutuhka kedekatan personal yang cukup untuk menimbulkan rasa percaya kepada seseorang untuk berbagi hal yang tergolong privasi buat kita. Kedekatan personal itu tidak bisa didapatkan secara instan, diperlukan waktu yang lama dan interaksi yang cukup sering untuk mendapatkan suatu ucapan: "Gue percaya sama lo." Hal yang seperti ini bisa dibangun mulai dari hal yang sangat sederhana, contohnya: Memang udah kenal sebelum masuk kampus, orang pertama yang dikenal pas di kampus, teman pulang bareng, satu tempat kerja, sering ngumpul bareng, duduk sebelahan pas di kelas, punya kepribadian yang mirip, dan lain sebagainya.
Nah, dalam hal tumbuhnya kedekatan ini tidaklah mungkin satu orang bisa dekat dengan semua anak yang berada di dalam kelas tersebut, biasanya untuk teman yang sangat dekat tidak lebih dari sepuluh orang saja. Mereka berteman dengan semuanya, hanya saja mereka punya kedekatan yang lebih dengan beberapa orang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, kedekatan yang mereka bangun memberikan sudut pandang tersendiri bagi mereka yag bukan tergolong orang yang memiliki kedekatan lebih. Untuk mereka yang misalnya sangat dekat dengan lima orang saja, maka bila terlalu asik dengan dunia mereka sendiri, seakan-akan mereka menutup diri dengan yang lain, seperti membentuk kubu. Untuk mereka yang berada di luar kubu tersebut, seringkali mereka merasa terasingkan dari pembicaraan yang mereka lakukan.
Hal yang lebih riskan yang sering terjadi adalah akan timbul opini bahwa mereka tidak mau berteman diluar kubu mereka tersebut, hanya berkumpul dengan beberapa kesamaan saja, misal mereka yang aktif atau pintar di kelas, dan yang lebih parahnya, timbul pula gelar musuh yang diakibatkan oleh persaingan dalam beberapa persoalan. Hal seperti ini sangatlah berbahaya apabila terjadi tanpa adanya pengertian satu sama lain, hanya mengembangkan dugaan-dugaan yang tak pernah menemukan titik terang. Suasana kelas sudah tidak terasa kondusif lagi bagi beberapa orang, mereka tidak bisa menikmati keindahan berteman, datang ke kampus hanya untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu atau penggugur kewajiban atas kehadiran di kampus, teman bukanlah kebutuhan, seperti ada yang syukur, gak ada juga tak masalah.
Untuk persoalan seperti ini ada baiknya masing-masing setiap individu menanamkan sifat berbaik sangka kepada setiap temannya, dan mencoba untuk mengenali bagaimana sifat individu tersebut sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menilai, karena setiap orang tentunya memiliki kepribadian yang berbeda, bahkan hal ini membutuhkan waktu cukup lama untuk benar-benar dipahami. Jadi, hal pertama yang harus ditekankan adalah: jangan terlalu cepat menilai seseorang itu baik atau buruk. Salah satu khalifah umat Islam yaitu Khalifah Umar Bin Khaththab ra berkata: "Janganlah kamu menilai seseorang itu baik sebelum kamu berpergian dengannya, bermuamalah dengannya, dan memberinya amanah."
Masalah atau kesalahpahaman dalam suatu hubungan sudah lumrah terjadi, bahkan hampir tak bisa dihindari. Kembali lagi bagaimana cara kita mengatasinya dan menempatkan berbaik sangka di atas segalanya, mengklarifikasi kepada orang yang bersangkutan secara langsung, bukan dengan orang di luar masalah tersebut yang bahkan tidak tahu apa-apa, bisa jadi dilebihkan atau dikurangkan. Membuat permasalahan tidak menemukan titik solusi terbaiknya. Ada kalanya juga kita menahan ego masing-masing, demi mengembalikan hubungan menjadi baik kembali, meminta maaf, mengalah bukan berarti kalah.
Pahami bagaimana diri kita sebelum kita memahami orang lain, karena itu akan memudahkan kita untuk memberikan respon atas setiap permasalahan yang ada. Ini adalah tentang bagaimana kita membawa diri dalam lingkungan yang cukup luas, bersosialisasi adalah salah satu kebutuhan manusia. Seringkali kebertahanan kita dengan dunia yang kita miliki atau mengatasnamakan sifat yang ada sebagai alasan untuk tidak membuka diri kepada orang lain. Interaksi yang baik tercipta karena aktifnya kedua belah pihak. Bukan hanya satu. Kita tidak bisa menuntut orang lain untuk menuruti apa mau kita, tapi bisa dikomunikasikan dan membuat kesepakatan. Bagaimanakah hubungan pertemanan ini akan berjalan.
guut bener :)
BalasHapus