Rabu, 30 September 2015

Bullying



Seringkali kita melihat berita tentang kekerasan di televisi, misalnya perkelahian antar-pelajar, demo anarkis, orangtua yang menganiaya anaknya, TKI yang ditindas di negara tempat mereka bekerja. dan lain-lain. Tetapi sadarkah kita bahwa ada  bentuk kekerasan yang tidak bahkan jarang diberitakan di televisi?, memang tindakan ini menurut sebagian orang tidak terlalu menjurus ke kekerasan atau tingkat kekerasan itu sendiri tidak setinggi “kekerasan” yang sebenarnya. Tindakan ini disebut bullying. Bullying adalah suatu tindakan yang mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal, atau emosional. Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih berkuasa.  Pada kenyataannya, bullying tidak terbatas pada ruang lingkup tertentu, di manapun dan siapapun dapat mengalami perilaku bullying.
Perilaku bullying meliputi fisik, verbal, dan emosional. Bullying secara fisik bisa terdiri dari tindakan mendorong, mencubit, “mentoyor”, bahkan memukul orang yang dikehendaki oleh si pelaku bullying tersebut. Dalam bullying secara verbal, tindakan bullying terbagi menjadi verbal langsung dan tidak langsung. Meremehkan, mengejek, memfitnah, termasuk dalam kategori bullying verbal. Bullying verbal secara langsung, pelaku langsung mengatakan melalui lisan, sesuatu atau perkataan yang dapat memberikan efek malu, minder, kepada korban bullying. Mungkin pada metode bullying verbal langsung risiko yang didapatkan oleh pelaku lebih besar, Mengapa dikatakan lebih besar?  Karena jika pelaku mem-bullying dengan cara fisik dan verbal langsung, akan banyak saksi yang akan menjatuhkan si pelaku pada saat korban melaporkan tindak bullying tersebut. Tidak kehabisan akal, bullying pun dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu menggunakan media social, “facebook” dan “twitter” seringkali menjadi media yang banyak digunakan pelaku untuk mem-bullying. Sebagai contoh, jika ada seorang artis yang sedang “booming”, perhatian masyarakat pun tertuju pada artis tersebut, maka dapat terjadi dua kemungkinan: 1) Artis tersebut dapat membullying orang yang dikehendakinya secara tersamar melalui tweets atau statusnya yang bersifat menyindir korban. 2) Atau justru artis tersebut yang menjadi korban bullying. Bullying emosional  pada umumnya tidak secara fisik maupun secara verbal, pelaku bullying emosional cenderung menunjukkan sikap yang dapat membuat korban merasa minder ataupun tidak nyaman. Sebagai contoh ada seorang yang memiliki wajah yang agak hitam, orang yang memilik wajah putih tidak langsung mengatakan bahwa wajahnya hitam, tetapi menyinggungnya dengan sikap seperti selalu memegang wajahnya yang putih setiap berpapasan dengan korban. Itulah bentuk-bentuk bullying jika kita lihat dari sudut cara mem-bullying.
Banyak cara untuk mem-bullying, tentu saja ada macam-macam faktor yang dapat menimbulkan tindakan bullying itu sendiri. Di tingkat pendidikan, misalnya di sekolah, bullying sering muncul. Rasa senioritas yang tinggi dapat menjadi faktor terbesar yang menyebabkan adanya bullying di lingkungan sekolah. Selain rasa senioritas, terdapat beberapa factor lagi yang dapat menimbulkan adanya bullying,yaitu: Perbedaan si pintar dan si bodoh, si kaya dan si miskin, si gaul dan si kuper. Pada tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya bidang bisnis dan manajemen, yang mayoritas siswanya adalah perempuan, dan laki-laki yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah perempuan. Bullying yang terjadi pada instansi ini biasanya karena ada keinginan dari siswa perempuan yang mendominasi sekolah tersebut untuk memilik hati teman lawan jenisnya. Dan begitupun sebaliknya pada instansi Sekolah Teknologi Menengah (STM) yang mayoritas siswanya laki-laki, Perilaku bullying dilakukan oleh siswa laki-laki yang mempunyai rasa ingin memiliki hati teman lawan jenisnya.
Tentunya perilaku bullying ini sangat menimbulkan dampak atau efek negatif yang besar pada korbannya, akan tetapi dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh si korban, tetapi juga oleh si pelaku, dampak tersebut berupa fisik maupun psikis. Dampak fisik pada korban  seperti luka, memar, dan merasakan sakit pada bagian tertentu, dan dampak psikisnya adalah korban merasakan cemas dan ketakutan, minder, cenderung menjauhi sekolah. Terkadang korban pun merasa marah pada dirinya sendiri karna tidak bisa melawan si pelaku bullying tersebut, dan juga sering tumbuh rasa kesal kepada orang-orang yang tidak membantunya pada saat korban mendapatkan perilaku bullying. Apabila bullying ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dampaknya pun bisa lebih besar, seperti menarik diri dari pergaulan, stress, depresi, bahkan sampai tindakan bunuh diri. Yang ditakutkan adalah, jika korban terus menerus dapat perlakuan bullying, maka korban pun akan menjadi seorang pembullying. Sedangkan untuk pelaku hanya mendapatkan dampak psikis saja, pelaku akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi.
Dengan maraknya kasus bullying, maka diperlukan juga pencegahan untuk meminimalisasi kasus bullying di Indonesia khususnya di kalangan pelajar. Untuk meminimalisasi tindakan bullying ini sangat diperlukan peran serta semua pihak, mulai dari pelaku,  korban,  guru,  sekolah,  masyarakat, dan pemerintah. Dan pencegahannya pun bukan sekedar pencegahan, akan tetapi pencegahan yang diikuti oleh strategi, agar pencegahan terhadap bullying ini pun dapat efektif dan dapat berjalan dengan sebagai mana mestinya. Pencegahan pertama diawali dengan pembentukan harga diri yang baik, jika seorang anak sudah memiliki harga diri yang baik, maka anak tersebut akan menghargai orang lain, memiliki rasa percaya diri,  optimistis, dan selalu berfikir positif,  cara selanjutnya untuk mencegah bullying adalah memperbanyak teman, dengan mempunyai banyak teman maka seseorang tidak akan menjadi target pembully-an, karena seseorang tersebut akan cenderung berkumpul dengan teman-temannya, dan cara selanjutnya adalah carilah informasi tentang bagaimana menghindari tindakan bullying, baik cara menghindari saat kita menjadi korban ataupun hanya sebagai audience dari orang yang sedang di bully, informasi di dapat bisa berasal dari internet atau tanyakan kepada guru pembimbing konseling.
Pada dasarnya perilaku bullying sangat tidak baik karena memberi dampak negatif pada pelaku maupun korban, bullying juga dapat menimbulkan perpecahan, perilaku bullying tidak mungkin dapat dihilangkan, tetapi masih bisa untuk dicegah. Memang tidak mudah jika kita hanya berbicara tanpa melakukan tindakan. Bayangkan betapa indahnya dunia ini jika seluruh manusia dapat menyayangi satu sama lain, saling melengkapi, yang pandai membantu yang kurang pandai, yang kuat membantu  yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, tanpa adanya rasa benci, saling menindas, dan rasa ingin membalaskan dendam.





Share:

0 komentar:

Posting Komentar