Rabu, 30 September 2015

SENJA



Aku selalu berpikir: apa yang dipikirkan Tuhan ketika menciptakan senja.
Ia hadir sejenak membawa keindahan, maka kemudian pergi meyisakan ketiadaan.
Apakah senja ada, untuk sekedar menjadi metafora--bahwa di muka bumi ini segala bentuk keindahan yang kita kagumi selalu fana? Bahwa dalam setiap kata yang hadir selalu terkandung janin perpisahan yang bisa lahir kapan saja tanpa pernah kita tahu persis waktunya?
Adakah yang tahu apa ang dimaksudkan Tuhan ketika menciptakan senja?
Kita menantinya, menikmati pesonanya, tapi pada akhirnya kita selalu terperangkap oleh gelap yang mengikutinya.
Aku tak pernah tahu pasti apa ang dipikirkan Tuhan ketika menciptakan senja.
Satu hal yang aku tahu, darinya aku belajar bahwa perpisahan sedramatis apapun ia berlangsung---tak selamanya getir. Kadang ia berjalan begitu manis. Tapi perpisahan, semanis apapun ia berlangsung, selapang apapun hati kita menerimanya, tetap saja menyisakan kehampaan.
Sebab itu barangkali Jalaluddin Rumi menghibur mereka yang mengalami tragedi perpisahan lewat potongan sajaknya. 'Keterpisahan ini', kata Rumi, 'hanyalah tipu daya waktu'.

-Azhar Nurun Ala-
Share:

0 komentar:

Posting Komentar