Seringkali kita melihat berita tentang kekerasan di televisi,
misalnya perkelahian antar-pelajar, demo anarkis, orangtua yang menganiaya
anaknya, TKI yang ditindas di negara tempat mereka bekerja. dan lain-lain.
Tetapi sadarkah kita bahwa ada bentuk kekerasan yang tidak bahkan
jarang diberitakan di televisi?, memang tindakan ini menurut sebagian orang
tidak terlalu menjurus ke kekerasan atau tingkat kekerasan itu sendiri tidak
setinggi “kekerasan” yang sebenarnya. Tindakan ini disebut bullying. Bullying
adalah suatu tindakan yang mengganggu orang lain, bisa secara fisik, verbal,
atau emosional. Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau
usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap seseorang atau
kelompok yang lebih ”lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempersepsikan dirinya lebih berkuasa. Pada kenyataannya, bullying
tidak terbatas pada ruang lingkup tertentu, di manapun dan siapapun dapat
mengalami perilaku bullying.
Perilaku bullying meliputi fisik,
verbal, dan emosional. Bullying secara fisik bisa terdiri dari tindakan
mendorong, mencubit, “mentoyor”, bahkan memukul orang yang dikehendaki
oleh si pelaku bullying tersebut. Dalam bullying secara verbal, tindakan bullying
terbagi menjadi verbal langsung dan tidak langsung. Meremehkan, mengejek,
memfitnah, termasuk dalam kategori bullying verbal. Bullying verbal secara
langsung, pelaku langsung mengatakan melalui lisan, sesuatu atau perkataan yang
dapat memberikan efek malu, minder, kepada korban bullying. Mungkin pada metode
bullying verbal langsung risiko yang didapatkan oleh pelaku lebih besar,
Mengapa dikatakan lebih besar? Karena jika pelaku mem-bullying
dengan cara fisik dan verbal langsung, akan banyak saksi yang akan menjatuhkan
si pelaku pada saat korban melaporkan tindak bullying tersebut. Tidak kehabisan
akal, bullying pun dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu menggunakan
media social, “facebook” dan “twitter” seringkali menjadi media
yang banyak digunakan pelaku untuk mem-bullying. Sebagai contoh, jika ada
seorang artis yang sedang “booming”, perhatian masyarakat pun tertuju
pada artis tersebut, maka dapat terjadi dua kemungkinan: 1) Artis tersebut
dapat membullying orang yang dikehendakinya secara tersamar melalui tweets atau
statusnya yang bersifat menyindir korban. 2) Atau justru artis tersebut yang
menjadi korban bullying. Bullying emosional pada umumnya tidak
secara fisik maupun secara verbal, pelaku bullying emosional cenderung
menunjukkan sikap yang dapat membuat korban merasa minder ataupun tidak nyaman.
Sebagai contoh ada seorang yang memiliki wajah yang agak hitam, orang yang
memilik wajah putih tidak langsung mengatakan bahwa wajahnya hitam, tetapi
menyinggungnya dengan sikap seperti selalu memegang wajahnya yang putih setiap
berpapasan dengan korban. Itulah bentuk-bentuk bullying jika kita lihat dari
sudut cara mem-bullying.
Banyak cara untuk mem-bullying, tentu
saja ada macam-macam faktor yang dapat menimbulkan tindakan bullying itu
sendiri. Di tingkat pendidikan, misalnya di sekolah, bullying sering muncul.
Rasa senioritas yang tinggi dapat menjadi faktor terbesar yang menyebabkan
adanya bullying di lingkungan sekolah. Selain rasa senioritas, terdapat
beberapa factor lagi yang dapat menimbulkan adanya bullying,yaitu: Perbedaan si
pintar dan si bodoh, si kaya dan si miskin, si gaul dan si kuper. Pada
tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya bidang bisnis dan
manajemen, yang mayoritas siswanya adalah perempuan, dan laki-laki yang jumlahnya
lebih sedikit dari jumlah perempuan. Bullying yang terjadi pada instansi ini
biasanya karena ada keinginan dari siswa perempuan yang mendominasi sekolah
tersebut untuk memilik hati teman lawan jenisnya. Dan begitupun sebaliknya pada
instansi Sekolah Teknologi Menengah (STM) yang mayoritas siswanya laki-laki,
Perilaku bullying dilakukan oleh siswa laki-laki yang mempunyai rasa ingin
memiliki hati teman lawan jenisnya.
Tentunya perilaku bullying ini sangat
menimbulkan dampak atau efek negatif yang besar pada korbannya, akan tetapi
dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh si korban, tetapi juga oleh si
pelaku, dampak tersebut berupa fisik maupun psikis. Dampak fisik pada
korban seperti luka, memar, dan merasakan sakit pada bagian
tertentu, dan dampak psikisnya adalah korban merasakan cemas dan ketakutan,
minder, cenderung menjauhi sekolah. Terkadang korban pun merasa marah pada
dirinya sendiri karna tidak bisa melawan si pelaku bullying tersebut, dan juga
sering tumbuh rasa kesal kepada orang-orang yang tidak membantunya pada saat
korban mendapatkan perilaku bullying. Apabila bullying ini berlangsung dalam
jangka waktu yang cukup lama, maka dampaknya pun bisa lebih besar, seperti
menarik diri dari pergaulan, stress, depresi, bahkan sampai tindakan bunuh diri.
Yang ditakutkan adalah, jika korban terus menerus dapat perlakuan bullying,
maka korban pun akan menjadi seorang pembullying. Sedangkan untuk pelaku hanya
mendapatkan dampak psikis saja, pelaku akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan
perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah
dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi.
Dengan maraknya kasus bullying, maka
diperlukan juga pencegahan untuk meminimalisasi kasus bullying di Indonesia
khususnya di kalangan pelajar. Untuk meminimalisasi tindakan bullying ini
sangat diperlukan peran serta semua pihak, mulai dari pelaku, korban, guru, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah. Dan pencegahannya pun bukan sekedar pencegahan, akan tetapi
pencegahan yang diikuti oleh strategi, agar pencegahan terhadap bullying ini
pun dapat efektif dan dapat berjalan dengan sebagai mana mestinya. Pencegahan
pertama diawali dengan pembentukan harga diri yang baik, jika seorang anak
sudah memiliki harga diri yang baik, maka anak tersebut akan menghargai orang
lain, memiliki rasa percaya diri, optimistis, dan selalu
berfikir positif, cara selanjutnya untuk mencegah bullying adalah
memperbanyak teman, dengan mempunyai banyak teman maka seseorang tidak akan
menjadi target pembully-an, karena seseorang tersebut akan cenderung berkumpul
dengan teman-temannya, dan cara selanjutnya adalah carilah informasi tentang
bagaimana menghindari tindakan bullying, baik cara menghindari saat kita
menjadi korban ataupun hanya sebagai audience dari orang yang sedang di bully,
informasi di dapat bisa berasal dari internet atau tanyakan kepada guru
pembimbing konseling.
Pada dasarnya perilaku bullying sangat tidak baik karena memberi
dampak negatif pada pelaku maupun korban, bullying juga dapat menimbulkan
perpecahan, perilaku bullying tidak mungkin dapat dihilangkan, tetapi masih
bisa untuk dicegah. Memang tidak mudah jika kita hanya berbicara tanpa
melakukan tindakan. Bayangkan betapa indahnya dunia ini jika seluruh manusia
dapat menyayangi satu sama lain, saling melengkapi, yang pandai membantu yang
kurang pandai, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu
yang miskin, tanpa adanya rasa benci, saling menindas, dan rasa ingin membalaskan
dendam.