Senin, 27 Juni 2016

Pesan Untuk Pulang

Rasa sakit itu pernah ada, mungkin hanya beberapa jengkal dari sang waktu yang berdetak berdekatan.

Saat pikiran selalu berdebat dengan hati, untuk pilihan bertahan atau tinggalkan.

Saat diri ini selalu bertanya tanpa mendapat jawaban...
"Mungkinkah ini salahku...?"
"Apa yang salah...?"

Ketahuilah bahwa aku bukan seorang Nabi yang tanpa dosa, dan aku bukan Tuhan yang bisa mengetahui segala isi hati tanpa kamu mengatakannya.

Untuk amarah yang terlanjur tersampaikan, sejujurnya itu buah dari sebuah rasa sayang dan takut untuk ditinggalkan.

Jika bicara adalah tanda kepedulian, dan diam adalah tanda keacuhan. Sungguh diam nya dirimu telah menceritakan sesuatu.

Hingga saat ini masih kupandangi cermin seraya berkata: "Apakah diri ini tidak terlalu baik dan nyaman untuk dijadikan tempat cerita..."

Ingin rasanya aku menepis segala duga yang tak baik tentangmu, dan menggantinya dengan kemungkinan baik yang kuciptakan sendiri.

Hanya untuk menjaga rumah ini tetap berpenghuni, meski banyak diantaranya yang menjadi bisu.

Tidakkah lagi kau inginkan untuk kita mengulang masa-masa dimana ada ide-ide aneh dan senyum lepas? Atau hanya sekedar bicara meski satu kata

Jika tangisku adalah tanda kelemahan, maka kalianlah yang telah membuatku lemah.

Seharusnya segala perjuangan yang telah kita lakukan dahulu mampu membuatku kuat dan bangkit.

Tapi kenyataannya...
Hanya ada aku dan bayanganku yang berbisik: "Kamu sendirian...tak ada siapa-siapa, bahkan aku pun akan meninggalkan mu di kala terang."

Pulanglah...karena aku menunggumu.
Sampai kapan kau membuatku terus berada di balik pintu, saat ku dengar suara, ku pikir itu tanda hadirmu, ternyata hanya daun dan ranting yang sedang bermain bersama angin.

Lalu ku tetap terjaga dari balik jendela, membuka satu-dua kali kain yang menghalangi pandanganku. Aku takut di saat kau datang, tak ada aku di sana.

Jarum jam pun rasanya sudah bosan berputar terus-menerus, melewati angka yang sama, dan keadaan yang tak berubah: tak ada kamu.

Langit semakin gelap, dan esok pasti pagi, yang seakan mengingatkanku untuk kembali memupuk harapan, akan ada yang dari dari balik pintu itu.

Kuputuskan untuk memejamkan mata, agar penantian itu tak begitu terasa. Agar rasa sedih itu kan tersulap menjadi senyum, agar tanya itu akan berujung pada sebuah jawaban.

posted from Bloggeroid

Share:

0 komentar:

Posting Komentar