Jumat, 22 Februari 2019

Esai Beasiswa Bazma Pertamina - Dwi Handayani


Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Perkenalkan nama saya Dwi Handayani, saya anak kedua dari empat bersaudara. Sudah seyogyanya setiap anak berbakti kepada orangtua, terlebih anak yang sudah dianggap dewasa. Cara yang dilakukan pun beraneka ragam, mulai dari memberikan tenaga hingga materi. Dari kecil, saya berpikir bagaimana saya bisa berbakti kepada orangtua selain dengan tenaga, ketika bakti dengan materi pun belum maksimal saya berikan, maka saya memutar otak untuk tetap berbakti dengan cara yang lain, yaitu melalui pendidikan. Jika saya belum bisa membahagiakan orangtua saya dengan materi yang berlimpah, maka di masa penantian itu, saya akan membuat mereka bangga dengan prestasi saya. Alhamdulillah, sejak masa sekolah dasar, hingga di bangku perkuliahan ini, saya selalu bisa mempersembahkan nilai terbaik bagi orangtua saya. Mengapa saya pilih pendidikan? Karena saya yakin bahwa pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih terbuka dan maju, pendidikan pula yang akan memutuskan rantai kemiskinan. Selaras dengan perkataan Nelson Mandela: “Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.” Maka, dengan cara inilah saya akan mengubah kehidupan keluarga saya ke arah yang lebih baik.


Selain mengabdi kepada orangtua, saya pun merasa memiliki tanggung jawab untuk mengabdi kepada tanah air tercinta, yaitu Indonesia.  Negara dengan lebih dari 17.000 pulau dengan segala kekayaan yang ada di dalamnya, hal itu harus diseimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sebagai pengelolanya. Seperti perkataan Presiden Republik Indonesia ke-7, Ir. Joko Widodo yang dimuat pada situs presiden.go.id, bahwa kemajuan suatu negara sangat bergantung pada sumber daya manusianya. Maka, sebelum berkontribusi lebih jauh, saya harus mempersiapkan diri saya untuk menjadi SDM yang baik dan terdidik melalui pendidikan yang sedang saya jalani saat ini. Saya mengeyam pendidikan di Universitas Indraprasta PGRI dengan konsentrasi studi Bahasa Inggris. Di era globalisasi, Bahasa Inggris telah menjadi suatu hal yang essensial, di mana bahasa tersebut digunakan dalam berbagai aspek seiring dengan kemajuan zaman. Dengan memahami Bahasa Inggris pula, saya dapat menggali ilmu lebih banyak, dikarenakan informasi dari belahan dunia ditulis dalam bahasa ini sebagai bahasa internasional. Hal ini bisa dibuktikan ketika kita mencari informasi pada google, sebagai contoh jika kita mencari dalam Bahasa Indonesia “Cara Menangani Demam”, maka hasil yang kita dapat sebanyak 2.980.000, apabila kita pakai kata kunci dalam Bahasa Inggris “How to Handle Fever”, maka hasil yang kita dapatkan sebanyak 100.000.000. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan Bahasa Inggris, kita akan mendapatkan sumber ilmu lebih variatif, dengan banyaknya ilmu yang akan saya dapatkan, maka akan semakin banyak pula ilmu yang dapat saya terapkan, khususnya di Indonesia.



Setelah studi Strata-1 saya selesai, saya akan mengabdikan diri saya menjadi seorang guru, mendidik generasi ini tidak hanya dari segi kecerdasan akal, tapi juga kemuliaan akhlak. Karena dewasa ini, pendidikan dan akhlak seakan menjadi hal yang terpisahkan, pelajar hanya dituntut dalam keberhasilan akademiknya, tanpa memperhatikan bagaimana perangainya. Padahal, menurut seorang aktivis HAM Dr. Martin Luther King, Jr. “Intelligence plus character that is the goal of true education.”  Karena jika pelajar memiliki akhlak yang baik, maka ia akan lebih bijak dalam menggunakan ilmunya. Seperti para ulama Islam terdahulu yang mempelajari adab lebih lama dari pada ilmu itu sendiri, yaitu 30 dan 20 tahun. Akhir-akhir ini dunia pendidikan Indonesia dibuat miris oleh kasus pelajar yang menganiaya gurunya, seperti yang terjadi di daerah Magetan dan Kendal. Hal ini tidak relevan lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Institut Penelitian Sosial dan Ekonomi Inggris bagi organisasi Varkey Foundation yang mengatakan bahwa meski guru Indonesia bergaji rendah, tetapi dihormati. Hal ini menjadi sangat kontra dan harus segera dibenahi. Tidak hanya masalah akhlak pelajar, tapi juga dunia pendidikan masih punya tugas besar dalam pemerataan pendidikan bagi semua kalangan, oleh sebab itu saya pun tergabung dalam organisasi Generasi Emas Nusantara yang salah satu programnya adalah jaringan dedikasi yaitu Mahasiswa/I Dosen dan para profesional berkontribusi mengajar di Panti Asuhan, Sekolah Berkebutuhan Khusus, Sekolah Formal dan Non Formal yang terletak di JABODETABEK. Teringat satu kutipan yang disampaikan oleh Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar, Bapak Anies Baswedan, beliau mengatakan: “Orang yang tidak terdidik di negeri ini adalah dosa dari orang-orang yang terdidik.” Dengan urgensi ini, maka apapun background pendidikan kita, maka kita wajib membagikan ilmunya, karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan mengeyam pendidikan yang sama.




Share: