Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Perkenalkan nama saya Dwi
Handayani, saya anak kedua dari empat bersaudara. Sudah seyogyanya setiap anak
berbakti kepada orangtua, terlebih anak yang sudah dianggap dewasa. Cara yang dilakukan
pun beraneka ragam, mulai dari memberikan tenaga hingga materi. Dari kecil,
saya berpikir bagaimana saya bisa berbakti kepada orangtua selain dengan tenaga, ketika bakti dengan materi pun belum maksimal saya berikan, maka saya
memutar otak untuk tetap berbakti dengan cara yang lain, yaitu melalui pendidikan.
Jika saya belum bisa membahagiakan orangtua saya dengan materi yang berlimpah,
maka di masa penantian itu, saya akan membuat mereka bangga dengan prestasi saya.
Alhamdulillah, sejak masa sekolah dasar, hingga di bangku perkuliahan ini, saya
selalu bisa mempersembahkan nilai terbaik bagi orangtua saya. Mengapa saya
pilih pendidikan? Karena saya yakin bahwa pendidikan dapat mengubah pola pikir
seseorang menjadi lebih terbuka dan maju, pendidikan pula yang akan memutuskan
rantai kemiskinan. Selaras dengan perkataan Nelson Mandela: “Pendidikan adalah
senjata yang paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.” Maka,
dengan cara inilah saya akan mengubah kehidupan keluarga saya ke arah yang
lebih baik.
Selain mengabdi kepada orangtua,
saya pun merasa memiliki tanggung jawab untuk mengabdi kepada tanah air
tercinta, yaitu Indonesia. Negara dengan
lebih dari 17.000 pulau dengan segala kekayaan yang ada di dalamnya, hal itu
harus diseimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sebagai
pengelolanya. Seperti perkataan Presiden Republik Indonesia ke-7, Ir. Joko
Widodo yang dimuat pada situs presiden.go.id, bahwa kemajuan suatu negara sangat
bergantung pada sumber daya manusianya. Maka, sebelum berkontribusi lebih jauh,
saya harus mempersiapkan diri saya untuk menjadi SDM yang baik dan terdidik
melalui pendidikan yang sedang saya jalani saat ini. Saya mengeyam pendidikan di
Universitas Indraprasta PGRI dengan konsentrasi studi Bahasa Inggris. Di era
globalisasi, Bahasa Inggris telah menjadi suatu hal yang essensial, di mana
bahasa tersebut digunakan dalam berbagai aspek seiring dengan kemajuan zaman.
Dengan memahami Bahasa Inggris pula, saya dapat menggali ilmu lebih banyak,
dikarenakan informasi dari belahan dunia ditulis dalam bahasa ini sebagai
bahasa internasional. Hal ini bisa dibuktikan ketika kita mencari informasi
pada google, sebagai contoh jika kita
mencari dalam Bahasa Indonesia “Cara Menangani Demam”, maka hasil yang kita
dapat sebanyak 2.980.000, apabila kita pakai kata kunci dalam Bahasa Inggris “How
to Handle Fever”, maka hasil yang kita dapatkan sebanyak 100.000.000. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan Bahasa Inggris, kita akan mendapatkan
sumber ilmu lebih variatif, dengan banyaknya ilmu yang akan saya dapatkan, maka
akan semakin banyak pula ilmu yang dapat saya terapkan, khususnya di Indonesia.
Setelah studi Strata-1 saya
selesai, saya akan mengabdikan diri saya menjadi seorang guru, mendidik
generasi ini tidak hanya dari segi kecerdasan akal, tapi juga kemuliaan akhlak.
Karena dewasa ini, pendidikan dan akhlak seakan menjadi hal yang terpisahkan,
pelajar hanya dituntut dalam keberhasilan akademiknya, tanpa memperhatikan
bagaimana perangainya. Padahal, menurut seorang aktivis HAM Dr. Martin Luther
King, Jr. “Intelligence plus character
that is the goal of true education.” Karena
jika pelajar memiliki akhlak yang baik, maka ia akan lebih bijak dalam
menggunakan ilmunya. Seperti para ulama Islam terdahulu yang mempelajari adab
lebih lama dari pada ilmu itu sendiri, yaitu 30 dan 20 tahun. Akhir-akhir ini
dunia pendidikan Indonesia dibuat miris oleh kasus pelajar yang menganiaya
gurunya, seperti yang terjadi di daerah Magetan dan Kendal. Hal ini tidak
relevan lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Institut Penelitian Sosial
dan Ekonomi Inggris bagi organisasi Varkey Foundation yang mengatakan bahwa meski
guru Indonesia bergaji rendah, tetapi dihormati. Hal ini menjadi sangat kontra
dan harus segera dibenahi. Tidak hanya masalah akhlak pelajar, tapi juga dunia
pendidikan masih punya tugas besar dalam pemerataan pendidikan bagi semua
kalangan, oleh sebab itu saya pun tergabung dalam organisasi Generasi Emas
Nusantara yang salah satu programnya adalah jaringan dedikasi yaitu Mahasiswa/I
Dosen dan para profesional berkontribusi mengajar di Panti Asuhan, Sekolah
Berkebutuhan Khusus, Sekolah Formal dan Non Formal yang terletak di
JABODETABEK. Teringat
satu kutipan yang disampaikan oleh Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar, Bapak
Anies Baswedan, beliau mengatakan: “Orang yang tidak terdidik di negeri ini
adalah dosa dari orang-orang yang terdidik.” Dengan urgensi ini, maka apapun background pendidikan kita, maka kita wajib membagikan
ilmunya, karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan mengeyam pendidikan yang sama.